"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Saturday, February 25, 2006

'KESOMBONGAN ROHANI, MUNGKINKAH?'

1. Pengantar
Dalam acara harian dikomunitas, bacaan rohani adalah salah satu sarana bagi para calon religious untuk menumbuh kembangkan kehidupan rohani. Akhir-akhir ini saya membaca kembali buku rohani klasik yang menjadi salah satu kekayaan rohani Gereja. Buku itu tidak lain adalah 'Dark Nigh of the Soul' salah satu karya besar dan klasik St. Yohanes dari Salib yang mendapat gelar sebagai 'doctor of the Chruch'. Satu hal yang ingin saya sharing disini adalah, apa yang disebut ketikda- sempurnaan rohani, atau 'imperfection' yang bisa mengarah pada 'kesombongan rohani'. Sangat menarik dalam buku itu adalah, walaupun buku ini telah ditulis pada abad pertengahan, namun menelusuri kembali 'kondisi' yang disebut ketidak-sempurnaan rohani, tertanyata situasi dan kondisinya 'hampir sama' dengan situasi masa sekarang. Semoga saduran buku ini membantu kita untuk mengukur kembali 'kedewasaan rohani kita'. Atau juga bisa menjadi semacam tolok ukur untuk melihat kemana arah perkembangan rohani saya. Dengan kata lain, apakah sikap kesombongan rohani itu masih dominan dalam kehidupan rohani saya atau tidak. Atau ini kondisi yang harus membawa saya pada 'dark night of my soul', sehingga saya semakin berkembang dan menemukan 'perfection' kehidupan rohani saya. Mungkin banyak tulisan telah anda baca mengenai kesombongan rohani, seandainya demikian, semoga renungan ini semakin menambah wawasan anda.

2.Ketidak-sempurnaan rohani
Menurut St. Johanes dari salib, para pemula, atau orang yang baru sadar akan kehidupan rohani, dan ingin berkembang dalam kehidupan rohani, biasanya akan mengalami 'semangat yang luar biasa, tekun dalam hal-hal yang bersifat rohani dan giat menjalankan latihan-latihan rohani' Mereka merasakan kepuasan yang luar biasa dan bangga atas segala usaha-usaha yang mereka lakukan. Mereka mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk selalu berbicara hal-hal rohani kepada sesamanya. Mereka akan merasa sangat kesal dalam hatinya melihat sesamanya yang tidak melakukan seperti apa yang dia lakukan. Bahkan seringkali mereka akan bersikap seperti Farisi yang menyombongkan dirinya, memuji Tuhan atas perbuatannya yang baik dan merendahkan yang lain.
Dalam diri mereka, roh jahat kan terus mengganggu supaya orang ini mengungkapkan segalanya ini, sehingga dirinya akan semakin bangga dan dipuji. Roh jahat tahu persis bahwa dengan melakukan hal demikian, mereka akan mendapatkan kepuasan diri, tetapi semuanya menjadi tidak berarti, karena akhirnya hanya berpusat pada diri sedirinya.
Sering terjadi, bila bapa rohani, atau sesamanya tidak setuju atau memberi kritik terhadap praktek rohani yang ia lakukan, ia akan merasa bahwa orang lain tidak memahami dirinya. Karena mereka tidak mendukung apa yang sedang dia lakukan. Lalu dia akan mencari orang lain yang sesuai dengan seleranya. Karena yang ia harapan adalah pujian, pengakuan dan penghargaan terhadap apa yang telah dia lakukan. Hatinya gelisah, karena ia ingin supaya orang lain menyadari dan mengakui betapa dia begitu 'spiritual and devout'. Karena kegelisahan hatinya, yakni supaya kehidupan rohaninya yang dalam ini diakui oleh orang lain, maka dia akan semakin melakukannya mati raga yang lebih berat. Mereka akan sangat berbahagia bila orang lain menerima, mengakui dan memujinya.
Tanda lain dari 'ketidak-dewasaan rohani' dalam proses ini adalah, bahwa orang yang demikian ini, akan sangat bahagia bila dia menjadi 'orang yang dikagumi' baik oleh bapa rohani atau sesamanya, dan dia akan sangat cepat sekali akrab dengan mereka. Dalam hal pengakuan, orang ini akan mengakui dosanya secara terbuka sampai yang sekecil-kecilnya. Kadangkal dia akan mencari bapa pengakuan lain untuk mengakui hal-hal yang tidak baik yang telah dia perbuat. Sehingga dihadapan romo yang dekat dengannya, yang dikatakan hanyalah hal-hal yang baik-baik saja. Dia akan terus berusaha untuk tidak melakukan dosa besar. Dan bila dia merasa melakukan dosa yang besar, maka dia akan merasakan kesedihan yang berlebihan. Karena dia sudah berangan-angan bahwa diri sudah menjadi orang suci. Maka dia menjadi marah dan tidak sabar terhadap dirinya sendiri. Seringkali dia memohon dengan sangat kepada Tuhan, supaya Tuhan mengambil daripadanya segala kejahatan, kesalahan dan kelemahamannya. Tujuannya adalah supaya dia sendiri mengalami kedamaian, dan tidak diganggu olehnya. Jadi bukan karena demi Tuhan, tetapi demi kepentingan dirinya sendiri. Namun dirinya sedniri tidak pernah menyadari hal ini. Orang ini tidak pernah memuji orang lain, tetapi sebaliknya dia sangat suka dipuji, bahkan seringkali dia mencari-cari cara supaya dipuji.

3. Awal menuju kesempurnaan.
Dari situasi ketidak-sempurnaan ini, ada beberapa jiwa yang akhirnya berkembang menuju kedewasaan rohani. Namun banyak sekali yang mengalami kekecewaan dan kesedihan luar biasa karena mereka gagal berkembang. Mereka harus bekerja berat mengatasi kelemahan dirinya ini. Karena mereka harus berani melukai diri dan meninggalkan segala 'kesenangan pribadinya'. St. Johanes mengatakan lebih banyak orang yang jatuh dan salah arah, dari pada mereka yang berkembang. Untuk sampai pada kesempuranaan hidup rohani, orang yang demikian harus mengalami proses 'dark night of the soul'. Satu sikap yang paling utama untuk bisa berkembang mengatasi situasi ini adalah 'humilitiy'. Yakni keberanian diri merendahkan hati dan menghilangkan segala kecenderungan dan keinginan demi kepuasan pribadi. Selain itu orang ini harus berani mengakui diri bahwa orang lain lebih baik dari dirinya sendiri. Selain itu menembuhkan terus menerus keinginan untuk melayani Tuhan dan melakukan kehendakNya. Semakin banyak keinginan untuk melakukan semua ini, semakin berkembanglah dia dalam sikap 'kerendahan hati'. Dalam kerendahan hati ini dia ia akan semakin merasa betapa Tuhan telah memanjakan dia, dan melakukan banyak hal yang diinginkan, melebih apa yang telah di lakukan demi dan bagi Tuhan. Keinginan hatinya adalah mencintai Tuhan dan berbuat baik bagi sesama. Dia selalu merasa dirinya bukanlah apa-apa, orang lain lebih baik dari dirinya. Seandainya orang lain memuji dan menghormati dia, dia akan melihatnya sebagai hal yang tidak pantas dan layak bagi dirinya, semua itu hanyalah bagi Tuhan semata.
Bersamaan berkembangnya sikap 'humility' ini, kerinduan jiwanya adalah belajar dan belajar terus dari orang lain, sehingga dia mendapat keuntungan bagi perkembangan rohani dirinya. Sikap ini adalah sikap kebalikan dari kesombongan rohani, yang selalu ingin mengajar orang lain supaya mengikuti apa yang dilakukan. Dia akan sangat bahagia bila orang lain dipuji. Kesedihan hatinya adalah bahwa dia tidak bisa melayani Tuhan seperti yang mereka lakukan. Dia tidak pernah berbicara menyombongkan apa yang telah dilakukan, karena dia merasa malu dan belum melakukan apa-apa. Dia gelisah bila berbicara soal dosa dan kesalahanannya. Dia juga merasa bahwa hidup rohaninya masih belum apa-apa, masih jauh dari sempurna. Dan inilah ciri-ciri khas jiwa yang sederhana, murni, sejati dan yang menyenangkan Tuhan. Karena dalam jiwa yang bijak dan sederhana, Tuhan berdiam dan menetap. Jiwanya terus berkembang, dan menyimpan segala kebesaran jiwa yang dimiliki dalam hatinya yang paling dalam. Dengan demikian menolak segala pengaruh roh jahat yang mengganggunya. Tuhan akan terus melimpahkan berkat dan rahmatNya.
Dari sini kita bisa mengukur, tetapi juga bebas bertindak. Mau tetap mempertahankan yang pertama, akhirnya mandeg dalam perkembangan rohani kita, dan akhirnya jatuh dalam kesombongan rohani. Atau saya berani melihat bahwa ketidaksempurnaan itu merupakan awal untuk menuju kesempurnaan, dengan syarat berani merendahkan diri.
salam dan doa
MoTe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home