"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Saturday, February 25, 2006

“MENGHADAPI PENCOBAAN”

Beberapa waktu dalam polemik di internet ada beberapa teman yang mengajukan masalah mengenai 'pencobaan' atau 'temptation'. Dalam atikel pendek ini saya ingin mencoba untuk mengulas sedikit mengenai pencobaan, dari mana datangnya pencobaan, bagi mana fase perkembangannya dan bagaimana kita menghadapi pencobaan dan mengatasinya. Semoga tulisan ini berguna bagi teman-teman sekalin untuk semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya. Semakin menjadi orang Kristern yang tangguh, tanggap serta tabah dalam menghadapi segala tantangan pencobaan. Dan terlebih supaya kita tetap setia menjadi murid Kristus yang sejati.

1. Arti Pencobaan.
Pencobaan adalah suatu kencederungan atau suatu dorongan untuk melakukan kejahatan. Hal ini datang dari 'musuh' jiwa kita. Menurut para ahli spiritualitas, musuh jiwa adalah iblis, dunia dan nafsu daging. Sedangkan kejahatan dalam arti ini adalah segala sesuatu yang bukan 'belas kasih dan cinta', kektidaan kebenaran dan segala sesuatu yang datang dari egoisme pribadi, kebohongan dan kejahatan pribadi.

2. Mengapa Pencobaan Terjadi
Banyak orang yang beranggapan bahwa pencobaan itu datang dari Tuhan, sebenarnya anggapan ini tidak tepat. Pencobaan tidak pernah datang dari Tuhan. Pencobaan datang dari 'musuh rohani' kita yang terus menerus menggoda kita supaya jatuh dalam kuasanya. Namun demikian sepertinya Tuhan membiarkan godaan ini mencobai kita. Mengapa demikian? Secara umum bisa dikatakan bahwa dengan menghadapi godaan dan pencobaan akan membuat manusia semakin mencintai Tuhan dengan penuh kasih dan berusaha terus menerus menolak godaan dengan penuh semangat. Kata bijak mengatakan, bahwa emas itu akan semakin menjadi murni bila dibakar dalam tanur api yang panas, demikian pula kiranya dengan jiwa kita, akan semakin murni dan dewasa bila dilumat dalam pencobaan dan godaan hidup di dunia ini.
Dalam Kitab Suci dikatakan: "Anakku, bila engkau menghadap Tuhan, siapkan jiwamu dari pencobaan". Karena musuh jiwamu cemberu kepada Tuhan dan tidak akan membiarkan engkau menghadapNya. Mereka akan melakukan segala usaha untuk menarikmu dari Tuhan. Dan ini akan memberikan penghiburan bagi Tuhan, karena Ia melihatmu berperang melawan kejahatan demi keluhuran dan kesetiaanmu kepadaNya. Mengapa Tuhan tidak mengambil pencobaan darimu? Mengapa Ia membiarkan kita menghadapinya seorang diri. Kalau Ia mencintai kita, bukankan Ia juga harus melindungi kita dari kecenderungan berbuat jahat ini? Thomas a Kempis mengatakan, bahwa musuh yang paling bahaya dan berat itu adalah diri kita sendiri. Karena musuh ini kita ini tidak kelihatan, dan orang lain pun tidak tahu, kita berperang sendiria melawannya. Ini adalah perang jiwa, ini perang antara kejahatan dan kebaikan. Dan perang ini terjadi dalam tubuh jiwa manusia.
Dicobai adalah alami dan manusiawi. Inilah esensi manusia bahwa hidupnya dicobai dan digodai. Inilah hakekat rahmat kebebasan yang Tuhan telah karuniakan kepada setiap pribadi manusia. Dan Tuhan tidak akan menarik kembali kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya. Pencobaan adalah saat dimana manusia menentukan kebebasannya, apakah dia akan tetap setia pada Tuhan, atau mengikuti kehendak dirinya untuk mengikuti kehendak Iblis. Walaupun Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk menentukan pilihan, namun Tuhan tidak membiarkan kita sendirian, dia selalu menyertai dan memampukan kita untuk menghadapi kekuatan kejahatan dan membawa kita kejalan kebenaran. Ini semua tergantung pada kita, kepada tanggapan kita, apakah kita akan mengikuti kehendan RahmatNya. Ini berat, ini adalah suatu tantangan dan panggilan, pilihan bebas Tuhan.
Walaupun sepertinya Tuhan membiarkan kita sendirian, namun jangan merasa 'discourge dan dejected', jangan kehilangan semangat dan putus asa. Bagaimana pun kita harus menghadapi tantangan godaan ini. Godaan membuat kita sadar bahwa kita ini ciptaan, bahwa kita ini manusia yang mempunyai kebebasan untuk memilih, namun juga membuat kita semakin sadar bahwa kita juga seperti Kristus, yang akhirnya memilih kebebasan sejati anak Allah dengan menghikuti kehendanNya.

3. Fase Godaan atau Pencobaan
Ada tiga fase berbeda dalam godaan, yakni 'suggestion, pleasure dan consent'.
Pertama adalah 'suggestion' atau suatu 'bisikan' dalam hati yang menganjurkan kita untuk melakukan kejahatan. Apapan bentuknya dari bisikan, ini belum merupakan dosa, namun semacam suatu 'concupisiansi' atau suatu kecenderungan kearah dosa. Bila bisikan ini ditindak-lanjutin dan dinyatakan dalam tindakkan, maka akan menjadi dosa. Pemeriksaan batin akan membantu kita untuk mematikan 'bisikan' ini, karena ada pertimbangan kebaikan lain yang lebih kuat untuk bisa dipilih.
Kedua adalah 'pleasure' ini adalah suatu kecenderungan diri untuk mengikuti 'kesenangan'. Baik itu kesenangan rohani, dalam arti yang sangat negatif, misalnya 'berdoa' hanya demi kepuasan batin, bukan memuji Tuhan, maupun kenikmatan jasmani yang biasanya terwujud dalam bentuk kepuasaan sesaat. St. Fransiskus de Sales mengatakan: "berkali-kali hal ini terjadi, bahwa jiwa kita mengalami suatu kenikmatan dalam godaan, tanpa disadari, namun sebenarnya ini bertentangan dengan kedalam jiwa kita". Walaupun dari dalam dirinya sendiri 'pleasure' itu bahaya bagi jiwa, namun semua ini belum menjadi 'dosa', bila tidak terwujud dalam tindakan kongkrit. Masih berupa angan-angan jiwa, yang bisa mendorong manusia untuk melakukannya. Namun membuat jiwa menjadi tidak tentram, Jesus mengatakan sebagai 'jinah batin'. dalam hal memandang perempuan dengan penuh nafsu untuk mengingini.
Yang ketiga adalah 'consent'. Ini berarti bahwa kita membiarkan adanya godaan, adanya kecenderungan kearah kejahatan dalam hati, dan membiarkan itu terjadi dalam diri kita, bahkan mungkin kita menyetuinya dengan diam-diam. Bila tidak ada usaha untuk mengatasi 'consent', maka dosa menjadi semakin dekat. Kejahatan akan menjadi wujudnya dalam tindakan. Namun bila kita mulai meragukan dan memikirkannya, maka kita dalam keadaan 'not consented'. Karena kita tidak menyetui, melakan kita mengujinya kembali kearah pemurnian.

4. Bagaimana menghadapi pencobaan
Ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menghadapi pencobaan.
Pertama adalah dengan menghindari segala kesempatan yang membawa kita kedalam pencobaan. Dalam hal ini kita harus sadar titik kelemahan kita, karena iblis selalu menunggu kita berada dalam titik lemah untuk menyerangnya. Sadarilah dan perhatikan gejolak jiwa kita, dimana kita sungguh mengalami perasaan letih lesu dan lemah, karena justru dalam situasi seperti itulah kita dihadapan pada perang jiwa yang paling berat. Thomas a Kempis mengatakan bahwa musuh yang paling berat adalah diri kita, jiwa kita. Karena musuh ini adalah musuh yang tidak kelihatan, mereka berperang sendirian dalam diri kita. Dan terjadi justru dikala kita dalam keadaan lemah dan tak bersemangat.
Kedua adalah hadapi pencobaan dengan tenang dan sabar. St. Fransiskus dari Sales menasehati kita; ' meskipun pencobaan kearah kejahatan dan dosa tidak akan pernah berhenti dalam hidup kita, namun hal ini tidak akan membuat kita kehilangan rahmat Ilahi, bila kita memang tidak menikmatinya dan tidak menyetujinya. Terutama karena kita tidak pernah mewujudkan godaan itu dalam tindakan, namun demikian kita mengakui bahwa pencobaan membuat kita 'sengsara'. St. Paulus juga mengalami kesengsaraan karena godaan yang dialami, sampai dia merasa tidak mampu menyenangkan Tuhan, namun demikian dia tetap mampu memuliakan Tuhan karena menerima penderitaan itu dengan penuh kesabaran'.
Ketiga adalah 'menolak' secara tegas setiap godaan atau pencobaan yang datang dalam diri kita. Bagaimana kita harus menolaknya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1. Tidak pernah membiarkan 'pikiran jahat' muncul, tumbuh dan berkembang dalam diri kita. Hancurkan 'musuh jiwa' dikala dia masih lemah, tolak sejak awal semasa kita masih mampu menguasainya.
2. Sebagaiman seorang anak kecil yang selalu lari kepangkuan ibunya untuk memohon perlindungan dikala dia merasa terancam dan dalam bahaya, demikianlah sikap rohani kita. Kita harus selalu lari kepada Bapa dan Bunda Maria untuk memohon perlindungan ketika kita mengalami bahaya. Bukankah kita yakin bahwa setiap orang yang lari mohon perlindungan kepadaNya tidak akan pernah dikecewakan?
Kiranya cukup sekian dulu refleksi singkat. Semoga membantu kita semua untuk tetap tabah dan tangguh menghadapi cobaan yang kadang kala begitu berat dalam hidup di dunia penuh dosa ini. Semoga dengan kesetiaan diri dan bantuan rahmatNya, kita tetap mampu menjadi muridNya yang setia. Mampu menjadi garam dan terang ditengah masyarakat yang korup dan kehilangan martabat harga diri ini. Amin.


V. Teja Anthara SCJ
Kerala - India.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home