"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Saturday, February 25, 2006

“MENGHADAPI SAAT KRISIS DALAM HIDUP”

Hidup adalah suatu keputusan. Dan sesungguhnya hidup pun merupakan suatu proses terus menerus dari tindakan untuk memilih dan memutuskan. Keberhasilan dalam hidup tergantung pada benarnya suatu keputusan yang kita ambil dan tepatnya suatu pilihan yang kita buat.
Karena hidup ini merupakan suatu proses yang mengandaikan adanya dinamika di dalamnya, maka hal ini tidak luput dari irama yang terjadi. Bahwa irama hidup mengalami ‘up and down’ atau penuh semangat dan krisis. Dalam artikel pendek ini saya ingin menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan krisis dalam hidup mungkin juga dalam hidup rohani. Pertama-tama kami ingin melihat secara singkat arti krisis dan ciri-ciri krisis, dimensi dari krisis dan sarana apa yang dibutuhkan untuk menyelamatkan diri dari situasi krisis ini.

Arti Krisis
Kata ‘krisis’ berasal dari kata Yunani “Krino” yang berarti mengambil satu dari dua kemungkinan yang ada. Hal ini mengandaikan adanya situasi yang tidak menentu dan sulit. Situasi yang tak menentu dan sulit ini membuat struktur pokok kehidupan bersama dan individual menjadi terganggu.
Krisis bisa muncul dari kita yang mengalami kondisi yang menegangkan untuk beberapa hari, bulan, bahkan tahun yang akhirnya membawa kita sampai pada titik puncak kelelahan. Kita tidak mampu mengatasi situasi itu lagi.
Krisis bisa muncul ketika terjadi perubahan tragis yang tidak diharapkan. Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan yang menguras seluruh emosi pribadi bisa menjadi sebab krisis dalam hidup.
Krisis timbul oleh karena pribadi orang itu sendiri yang hidup dalam suatu aktivitas terus menerus, tanpa suatu refleksi yang dalam. Kita mengalami kekosongan makna dan kekeringan semangat. Hidup menjadi seperti aliran sungai tanpa makna.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa krisis bisa timbul oleh karena adanya pertentangan nilai dan pengaruh antara situasi internal maupun ekternal.

Dimensi Krisis
Ada lima dimensi krisis yang dialami oleh setiap orang;
Pertama, bahwa saat krisis merupakan episode dari perjalanan kehidupan pribadi, keluarga, komunitas atau bangsa. Hal terjadi oleh karena kejadian yang mengejutkan yang muncul dari luar diri orang itu. Bisa juga terjadi karena diikat oleh adanya tekanan batin. Mungkin karena adanya bencana atau rangkaian kesengsaraan dan derita yang menimbulkan goncangan jiwa.
Kedua adalah adanya keseimbangan kebutuhan dasar manusia yang terganggu dan merembes pada kepekaan individu manusia. Kita berusaha untuk mengembalikan keseimbangan itu, namun usaha ini tidak pernah berhasil. Maka kegelisahan timbul. Berbagai usaha dan cara dijalankan untuk memulihkan keadaan, namun tidak pernah tercapai.
Ketiga, bila dalam situasi itu tidak ditemukan jalan keluar, maka ketegangan akan mencapai puncaknya. Hal ini akan menimbulkan krisis. Kita akan kehilangan keseimbangan dan akan mengalami kekacauan dalam hidup. Inilah yang disebut kondisi krisis yang aktif.
Keempat, kejadian bisa dimengerti dan disadari oleh kita sebagai: a). ancaman terhadap kebutuhan dasar dan kebebasan, b). kehilangan identitas pribadi dan kemampuan. c). atau sebagai tantangan untuk berjuang, berkembang atau menjadi diri sendiri.
Pemahaman ini menimbulkan beberapa ciri reaksi emosional. Dan makna dari semua ini bagi masing-masing pribadi akan terungkap dalam cara yang berbeda. Bila kondisi atau kejadian ini dipandang sebagai ‘ancaman’ maka kegelisahan akan berkembang. Bila dipandang sebagai ‘yang hilang’, maka kita akan mengalami dipresi, putus asa dan kesedihan yang berlarut-larut. Bila ini dianggap sebagai suatu ‘tantangan’, maka dalam kegelisahannya orang akan mengalami perkembangan dalam harapan dan penantian.
Kelima, saat krisis bukanlah kondisi sakit, melainkan suatu perjuangan nyata yang dialami oleh setiap pribadi dalam situasi hidupnya. Maka krisis adalah suatu tanda menuju pada kedewasaan pribadi dan rohani. Saat krisis itu dialami dan terjadi dalam setiap tahap perkembangan hidup manusia menjadi semakin holistik. Yang menjadi masalah adalah bagaimana manusia menemukan kekuatan untuk bertahan dan menemukan jalan keluar dari saat krisisnya itu.

Cara dan Sarana dalam menghadapi Krisis
Menurut para ahli spiritualitas ada tiga faktor yang bisa membantu seseorang menyelamatkan dirinya dari krisis. Ketiga faktor itu adalah doa, iman dan harapan.

a. Doa
Doa mengungkapkan kegembiraan dan kesedihan kita dihadapan Allah dan dengan sabar menunggu ditumpuan kakiNya atas kasih dan kemurahanNya. Doa adalah saat dimana kita memohon kepada Allah Bapa di Surga, Tuhan atas kebijaksaan dan pengetahuan untuk memberkati kita dengan karunia Roh KudusNya. Doa adalah saat dimana kita memohon pertolonganNya untuk mampu membedakan dan melihat mana yang baik, pantas dan sempurna.
Bila kita yakin, doa sungguh mempunyai daya yang luar biasa. Maka doa pada saat krisis membantu kita untuk tetap sehat secara jasmani dan mampu menerima kehendakNya secara rohani. Semakin kita mempunyai banyak waktu berdoa, kita akan semakin ‘merasa kehadiran Tuhan yang begitu dekat’. Dalam doa kita akan semakin menganal siapa kita, oleh karenanya doa akan semakin membantu kita menyadari diri kita sebagai ‘citra Allah’ dan mengajar kita bagaimana kita harus berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan.
Akhirnya doa adalah sarana yang paling efisien dalam menghadapi krisis. Karena dengan doa kita mampu berkontak dengan dunia rahmat. Jesus bersabda: “ Apapun yang kamu minta dalam doa, percayalah bahwa kamu akan menerimanya, dan semua akan menjadi milikmu” (Mark 11:24)

b. Iman
Apa yang kita butuhkan dalam waktu krisis adalah ‘mata iman’. Iman yang menyertai dan berjalan dalam perjuangan hidup manusia. Iman akan Allah yang terus mencipta dalam karya keselamatan. Ketika kita membiarkan Allah masuk dalam kehidupan kita, semua yang kita alami diubah dalam daya penyelamatan.
Lalu apa itu iman dalam saat krisis? Menurut Surat kepada umat Hibrani 11:30 iman adalah “kepenuhan segala yang diharapkan dan keyakinan dari segala yang tidak kelihatan’. St. Agustinus mengatakan bahwa “iman adalah percaya akan apa yang tidak kita lihat; dan hasil dari iman ini adalah melihat apa yang kita percaya’.
Iman mempunyai efek atau dampak yang begitu besar dalam perjuangan hidup seseorang. Hanya melalui imanlah Bunda Maria mampu menerima dan menjadi Ibu Tuhan. Hanya melalui imanlah orang sakit dan berdosa menikmati kegembiraan dari belas kasih Jesus. Hanya melalui imanlah para orang kudus mengatasi segala cobaan dan derita dan panasnya panah yang merajam tubuhnya dari kita yang menyiksanya.

c. Harapan
Harapan adalah percaya akan kemungkinan yang ada dalam situasi yang tidak mudah diperoleh dan diraih. Adanya pengharapan membawa kegembiraan bagi kita yang mengalami krisis. Harapan membantu kita untuk tetap yakin dalam segala hal bahwa Tuhan telah berjanji dan tidak pernah mengingkari janjiNya. Harapan membantu kita untuk melihat jauh melampau batas kematian kita dan membuat kita mampu melihat dunia kebangkitan.
Harapan membuat kita mempunyai masa depan dan berusaha untuk meraihnya. Harapan membuat manusia menjadi hidup dan tidak putus asa dan mati. Maka menimbulkan harapan pada saat krisis merupakan salah satu usaha menyelamatkan diri kita dari kehancuran.

Penutup
Dalam saat krisis, biasanya kita akan mengalami rasa ketakutan dan berusaha melarikan diri dari kenyataan. Hubungan dengan Tuhan menjadi terputus, bahkan banyak orang yang menjadi tidak mampu percaya kepada Allah. Kita menolak segala assumsi bahwa ada kebaikan akan terjadi dibalik krisis yang dialami. Bahkan lebih lagi orang akan mengalami keputuasaan kareha kehilangan harapan. Kita menyerah untuk melihat terang dibalik kegelapan yang sedang terjadi.
Oleh karena itu, menubuhkan doa, iman dan harapan menjadi unsur pokok dalam menghadapi krisis. Selain itu kita tidak bisa berbuat banyak menghadap situasi itu selain menerima situasi itu dengan tetap bertahan dalam semangat.
Pertanyaan refleksi, apa yang Tuhan kehendak dan ajarkan kepada saya dalam saat krisis ini akan membuat kita semakin menyadari bahwa krisis yang sedang kita alami menjadi sarana membangun diri dan bukan menghancurkan.
Akhirnya kita harus bertindak mengatasi situasi ini. Hanya kita tidak tahu dari mana dan bagaimana kita harus bertindak, oleh karenaitu kita membutuhkan bantuan Roh Kudus.


Teja Anthara scj
(disadur dari: An Introduction to Christian Spirituality: “Spirituality at the time of Crisis” by Fr. F. Antonisamy).

1 Comments:

Blogger Davidfern said...

setuju, dgn doa kita memiliki harapan, dan harapan ini sangat berpengaruh dalam bagaimana kita menghadapi krisis dlm hidup.

6:44 PM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home