"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Saturday, February 25, 2006

‘ALLAH MAHA PENGAMPUN’ [1]

1. Allah maha pengampun:
Waktu saya masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta beberapa tahun yang lalu, ada suatu selebaran yang secara positif sekali menilai bahwa kekuatan agama katolik itu terletak pada keyakinan agama itu bahwa mereka mempunyai (a) pemimpinnya yang tidak menikah, (b) mempunyai figur seorang ibu (Maria) dalam penghayatan iman, (c) kayikinan pada perkiwanan yang monogami dan tak terceraikan dan (d) 'sakrament tobat' atau 'pengakuan dosa'. Dalam kaitan dengan pengakuan dosa alasan yang dikemukankan adalah bahwa kita ini manusia lemah yang mudah jatuh dalam godaan dan seringkali berdosa. Dan banyak orang yang tidak tenang hidupnya karena merasa tertanggu rasa berdosa dan bersalah. Kalau hanya bersalah kepada manusia kita akan mudah melupakan itu asal kita minta maaf dan mengakui kesalahan kita. Tetapi kalau orang merasa bersalah kepada Tuhan, kesalahan dan dosa itu tidak akan mudah begitu saja dilupakan, bahkan bisa mempengaruhi seluruh hidupnya, akibatnya hidup menjadi tidak tenang. Namun dalam gereja katolik ada sarana kasad mata, yang secara langsung bisa dialami dan dilakukan oleh mereka yang mengimani bahwa Tuhan telah mengampuni segala dosanya, yaitu lewat sakramen tobat. Di situlah orang merasakan bahwa mereka telah berdamai- berrekonsiliasi dengan Tuhan, bila ia datang kepada imam dan mengakui segala kesalahan dan dosa-dosanya.
Namun pada kenyataannya untuk mengakui kebenaran dari praktek ini tidaklah mudah dan gampang, bahkan orang yang sama-sama meyakini Jesus sebagai Tuhan pun tidak bisa menerima praktek gereja katolik ini. Apalagi mereka yang tidak mengakui Kristus, praktek ini dianggap sebagai 'omong kosong dan kesia-siaan belaka'
Mengapa gereja katolik masih tetap berpegang pada iman ini, adakah dasar Biblisnya, bukankan mengaku dosa langsung kepada Tuhan malah lebih mantap dari pada kepada manusia berdosa. Bukankah semua ini adalah hak Tuhan, bagaimana manusia berdosa bisa campur tangan dalam hak Tuhan? Itulah sederetan pertanyaan yang seringkali diajukan oleh mereka yang tidak mempercayainya, bahkan bisa ditambah lebih banyak lagi.
Saya ingin sedikit membagikan pengetahuan saya, terutama kepada mereka yang percaya, supaya keyakinan indah ini tidak luntur oleh berbagai macam situasi dan keberatan banyak orang dijaman modern yang sudah tidak peka akan dosanya lagi ini.
Semua agama di dunia ini meyakini bahwa Tuhan itu maha pengampun, Ia selalu rela mengampuni setiap orang yang berdosa tidaklah perlu disangsikan. Dalam Injil Lukas 15:11-32, dalam kisah perumpaan tentang anak yang hilang, Allah/Tuhan yang maha pengampuni ini dilukiskan oleh Jesus sebagai seorang Bapa yang penuh kasih dan pengampun menantikan anaknya yang pergi meninggalkan kebahagiaan keluarga. Bagi mereka yang tidak tahu cerita dari kisah ini, perkenankan saya sedikit menceritakan kisahnya.
Adalah seorang bapa yang mempunyai dua anak laki-laki, si sulung dan si bungsu. Pada suatu hari si bungsu yang sudah merasa diri menjadi orang diwasa, ingin mandiri, dia ingin menikmati kebebasan dan kedewasaan dirinya untuk hidup di luar lingkungan kasih bapaknya. Maka ia mengatakan kepada bapaknya: Bapa, berikankanlah kepadaku bagian warisan yang menjadi hakku. Si bungsu yang lagi gedhe itu pergi meninggalkan rumah orang tuanya dengan membawa segala kekayaan yang menjadi warisannya dengan mangadu untung di negeri orang. Namun pengalaman pahit dialaminya, ia jatuh menjadi miskin dan akhirnya kelaparan. Ia merasa hina dan malu, mau kembali ke bapanya tidak mempunyai keberanian. Dia masih bertekad untuk memperbaiki hidupnya. Ia tetap berjuang untuk mempertahankan hidupnya, yang akhirnya membawa dia terdampar dikandang babi. Oleh tuannya ia diberi pekerjaan untuk menggembala dan memberi makan kepada babi-babi, dan dari makanan babi itulah dia mengisi perutnya. Dalam kondisi dan situasi kesengsaraan dan penuh penderitaan inilah ia menjadi sadar, ia teringat akan bapak dan orang-orang upahan yang hidup enak dan berkelimpahan di rumah bapaknya."Aku akan bangkit dan pergi kepada bapakku". Singkat cerita, kesadaran bahwa di rumah bapaknya banyak makanan dan bisa hidup berkelimpahan mendorong si bungsu itu pulang. Ia melupakan segala kesalahan dan dosa-dosanya, ia tidak perlu merasa malu mengemis belas kasih didepan bapaknya, semuanya itu dilakukan dengan penuh sesal dan tobat, lebih baik hina dihadapan bapaknya dari pada binasa karena menderita kelaparan. Walaupun ia tetap anak bapaknya, namun karena segala dosa dan kesalahannya, ia rela membuang hak anak itu dan menjadikan dirinya salah satu dari orang upahan bapaknya.
Dan apa yang dibuat bapak. Ia tahu betul siapa sibungsu dengan segala sifat dan kepribadiaannya. Ia tahu bahwa dia tidak akan bahagia hidup diluar lingkungan keluarganya. Keyakinan itulah yang membuat bapak itu setiap hari lari ke jalan dan menunggu kedatangan si bungsu. Maka ketika ia melihat sibungsu dari jauh datang, ia langsung menyambutnya, merangkul dan menciumnya. Si bapak tetap menerima ia sebagai anaknya dan tetap mengasihi dan mencintainya. Ia melupakan segalam dosa dan masa lalu anaknya. Kembali ke padanya sudah merupakan peristiwa yang luar biasa. Maka karena ia kembali dengan selamat, tepatlah kalau dirayakan dengan pesta besar. Bapak berkata: "Anakku ini tadinya mati, namun ia hidup kembali. Tadinya hilang, namun ia ditemukan kembali.
Anak hilang (sibungsu) adalah gambaran setiap manusia, yang tergoda untuk menggunakan kebebasannya untuk melepaskan diri dari kasih Allahnya. Dan Jesus menyatakan bahwa sang bapak adalah gambaran Allah yang oleh Jesus disebut bapak. Allah yang Jesus ingin ajarkan dan perkenalkan adalah Allah Bapa yang maha pengampun. Ia tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa manusia, namun sebaliknya dengan penuh kasih ia selalu menunggu, menanti dan menanti anaknya yang berdosa dan yang melepaskan ikatan kasih denganNya itu kembali, pulang kepadaNya. Dan inilah Allah yang diperkenalkan Jesus, ia tidak menghakimi, menghukum karena anakNya telah berbuat dosa, malah ia menyambutnya dengan mengadakan pesta. Jesus juga menggambarkan kembalinya si manusia kepada Allah, atau pertobatan ini dalam perupamaan lain, misalnya domba yang hilang, dirham yang diketemukan kembali. Hal ini mau mengatakan bahwa pertobatan, penyesalan dan kembalinya orang berdosa dihadapan Allah itu sungguh sangat berarti bagi Allah. Karena Allah sungguh mencintai kita, dan tahu bahwa lepas dari Allah, manusia pasti binasa. Dan keinginan Allah hanya satu, supaya manusia itu selamat, dan Tuhan mengetahui betul bagaimana keselamatan itu diperolehnya.
Jadi tepatlah iman semua agama di dunia ini yang mengakui dan menyakini, bahwa Allah kita yang esa itu adalah Allah yang maharahim dan pengampun. Dan penting untuk dicatat, bahwa kita dapat berdamai (reconcile) dengan Allah karena dosa bukanlah karena usaha dan jasa-jasa kita. Pengampunan hanyalah melulu karena rahmat. Allah punya alasan untuk menghukum dan menolak anaknya yang telah berdosa dan menghabiskan harta warisannya itu, namun semua itu tidak dilakukan karena Allah mencintai manusia. Jadi pengampunan adalah rahmat dan anugergah dari Allah kita di surga.
Salam dan doa
MoTe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home