"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Friday, March 17, 2006

BENARKAH JESUS MEMPUNYAI SAUDARA KANDUNG’

Pertanyaan benarkan Jesus mempunyai saudara, sering secara tiba-tiba datang kepada kita. Dan biasanya pertanyaan ini justru muncul dari sesama kita yang mengimani Jesus yang sama. Sebenarnya 'concern' mereka bukan untuk mencari kebenaran fakta bahwa Jesus mempunyai saudara. Tetapi lebih-lebih sebagai usaha dari kelompok 'garis keras' untuk mematahkan atau penyangkal 'dogma keperawanan Maria. Kalau Jesus mempunyai saudara kandung, maka Maria tidak lagi perawan. Itulah tujuannya, karena sebagaimana kita pahami, peranan Maria dalam Gereja Katolik sangatlah kuat.
Berhadapan dengan masalah ini, kebanyakan dari kita biasanya tidak siap untuk menjawabnya karena ketidaktahuan kita akan masalah ini. Dalam tulisan ini saya akan memberikan sedikit tambahan pengetahuan kepada teman-teman tentang masalah ini. Jawaban ini bukan berasal dari saya, tetapi bersumber pada 'buku pintar' yang sama miliki dan saya coba sadur dalam bahasa yang mudah kita mengerti, semoga berguna.
Kita semua setuju bahwa dalam Perjanjian Baru, kita menemukan kata fakta tertulis disebutkan bahwa Jesus mempunyai 'saudara'. Misalnya dalam Mateus 12.46 dikatakan bahwa "Ketika Jesus sedang berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia". Sedangkan dalam Mateus 13.55 juga disebutkan "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? IbuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: ... Yakobus, Jusuf, Judas? Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan ada bersama kita?" Sedangkan dalam Kisah Para Rasul (1:14) juga menyebutkan "Mereka semua bertekan dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Jesus, dan dengan suadara-saudara Jesus'.
Dari kutipan-kutipan diatas ini memberi bukti bahwa Jesus mempunyai saudara dan saudari. Masalah yang bisa kita pertanyakan adalah 'apakah istilah suadara yang digunakan disini menunjuk pada 'saudara dalam arti saudara kandung dari satu keluarga atau suadara sepupu dari keluarga dekat'. Masalah lebih jauh akan muncul adalah, seandainya benar bahwa Jesus mempunyai saudara dan saudari kandung, dan berarti Maria mempunyai anak lain selain Jesus, maka semua ini akan bertentangan dengan kepercayaan Kristiani sejak awal yang mengakui keperawanan Bunda Maria. Bagaimana masalah ini bisa dijawab? Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan atas masalah ini dengan kembali mengutip bukti-bukti dari Kitab Suci.
Pertama-tama yang harus disadari adalah tidak ditemukan dan dituliskan 'secara tegas dan jelas' dalam Kitab Perjanjian Baru bahwa Maria mempunyai anak kandung lain, atau bahwa Jesus mempunyai suadara kandung yang lahir dari orang tua yang sama. Meskipun disebutkan disitu bahwa Jesus mempunyai 'saudara' tetapi tidak pernah disebutkan bahwa mereka adalah anak-anak dari Maria dan Jusuf. Karena tidak pernah disebutkan secara tegas dan jelas, hal ini menegaskan bahwa Jesus memang tidak mempunyai suadara-saudari kandung. 'The silency in this respect is very noteworthy.
Ada beberapa contoh peristiwa dalam Perjanjian Baru, yang sebenarnya bisa menunjuk dan diharapkan 'tampil' sebagai bukti kuat bahwa Jesus mempunyai saudara, tetapi hal yang demikian justru tidak muncul dan terjadi. Misalnya
a]. Dalam injil Lukas 2:41-50 antara lain dikatakan: " Tiap-tiap tahun orang tua Jesus pergi ke Jerusalem pada hari raya Paska'. dan ketika Jesus berumur 12 tahun Jesus hilang di Bait Allah. Tidak ada satu kata 'saudara' pun dalam perikopa ini disebutkan. Bukankah seharusnya mereka juga tinggal serumah, sekampung dengan Jesus di Nasareth. Bukankah seharusnya mereka juga ikut berjiarah ke Jerusalam bersama dengan mereka. Bukankah dengan tegas dikatakan bahwa setiap tahun mereka pergi ke Jerusalam? Seandainya Jesus hilang, bukankah bisa diduga pula bahwa semestinya saudara-saudarinya ikut hilang bersama Dia!!. Tetapi bagaimana Ia bisa hilang sendirian. Dan bukankah Maria dan Jusup bisa pergi bersama-sama anak mereka mencari Jesus ke Jerusalem, tetapi kenapa mereka tidak mencari Jesus bersama dengan mereka?
b]. Sekali lagi dalam perikopa ini dikatakan bahwa setelah Jesus diketemukan kembali, bersama dengan orang tuanya mereka kembali ke Nasareth dan " ..dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka...dan Jesus makin bertambah besar hikmahNya, dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia'. Sekali lagi disini tidak disebutkan 'saudara'. Seharusnya, sebagai anggota keluarga yang hidup satu rumah, mereka pasti akan mempunyai peranan besar dalam pertumbuhan hidup Jesus. Tetapi yang disebutkan disitu bahwa Jesus makin bertambah hikmatNya dalam asuhan orang tua mereka. Semestinya kalau konswen harus disebutkan juga 'bersama dengan saudara-saudari kandungnya', karena dalam kehidupan keluarga, saudara kandung biasanya juga mempunyai peranan besar dalam pertumbuhan hidup seseorang. Tetap hal yang demikian sama sekali tidak ditemukan dalam Perjanjian baru.
c. Ketika Jesus sedang bergantung disalib, menjelang kematiannya, Ia menyerahkan Maria kepada muridNya, Yohanes untuk merawat dan menjaganya. Dikatakan dalam Yohanes 19.26-27. "Ketika Jesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya disampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya; 'Ibu inilah anakmu!'. Kemudian kataNya kepada muridNya 'Inilah ibumu'. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Pertanyaan logis dan sangat manusiawi yang bisa kita munculkan dalam peristiwa ini adalah, 'kenapa Jesus mempercayakan ibuNya kepada murid terkasih, bila Jesus mempunyai saudara-saudari kandung? Tidak perlu ada diskusi lebih lanjut, bila Jesus memang mempunyai saudara kandung, adalah kewajiban dan tanggung jawab saudara kandungNyalah yang harus mengurusi dan bertanggung jawab atas hidup ibuNya, bukan muridNya.
Jadi dalam Perjanjian Baru, sama sekali tidak ditemukan sama bukti bahwa Jesus mempunyai saudara-saudari kandung. Lalu dari mana para penginjil dan kita mengartikan kata saudara Jesus?
Dalam budaya Asia, pada khusus kata 'saudara' mempunyai arti yang sangat luas, tetapi sekaligus sangat dekat. Semua keluarga besar biasanya mempunyai relasi dekat dan karena itu sangat biasa memanggil mereka sebagai 'saudara'. Bahkan pada kenyataam walaupun mereka tidak mempunyai hubungan darah persaudaraan sekalipun, kita juga memanggilnya mereka 'saudara'. Bahkan banyak bahasa di Asia yang tidak mempunyai kata 'cousin' atau saudara sepupu. Demikian pula halnya dalam bahasa Aramic dan Ibrani, mereka tidak mempunyai kata 'cousin - saudara sepupu', semua mereka menyebutnya sebagai saudara. Ada bukti yang bisa kita lihat dalam Perjanjian lama. Abraham dengan Lot, dikatakan "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan gembalamu, karena kita ini kerabat (saudara) (Kej 13.8). Sedangkan dari Kej 11.27 kita mengetahui bahwa Lot adalah saudara sepupu Abraham.
Benar bahwa dalam bahasa Yunani mempunyai kata khusus 'cousin - saudara sepupu' [anepseos], tetapi sebagaimana kita ketahui, walaupun Injil juga ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi para penginjil sendiri sangat dipengaruhi oleh budaya semitic. Dan lepas dari pengaruh itu, selain Lukas, mereka semua adalah orang-orang Yahudi. Maka mereka akan menggunakan kata 'saudara' sebagai ganti kata 'cousin - saudara sepupu' untuk saudara Jesus. Maka kesimpulan yang diakui secara tegas oleh iman Katolik, bahwa saudara dan saudari Jesus yang kita temukan dalam Injil adalah anggota keluarga besar, dan tidak lain mereka itu adalah saudara sepupu.


MoTe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home