"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Friday, September 12, 2008

SAKRAMEN REKONSILIASI [2]


Oleh karena itu Gereja mengajak kita untuk sesering mungkin menerima Sakramen ini. Kita bukan hanya menerimanya jika kita jatuh ke dalam dosa berat. Gereja menganjurkanSakramen ini bagi jiwa-jiwa yang sudah sejak lama berpisah dengan dosa. Konsili Vat II, Hukum Gereja yang lama dan yang baru, serta aturan semua Konggregasi mengajak para anggotanya untuk sering mungkin dan secara serius menerima samber rahmat ini. (Lihat: Dekrit Tentane Pelayanan dan Kehidupan Para Imam Nr 13 dan Nr 8; Hukum Gereja Can 276 & 2, Nr 5)
Menurut ajaran Gereja, dosa berat dapat diampuni – dalam keadaan biasa - hanya dengan menerima Sakramen Pengampunan. Dosa-dosa yang disebut kecil dapat diampuni melalui jalan lain, tanpa Sakramen, yaitu dengan doa tobat penuh penyesalan, dengan suatu perbuatan amal, derma, Misa Kudus, Komuni, ziarah, matiraga dsb. Ini sarana-sarana yang sejak permulaan dimanfaatkan umat beriman untuk membersihkan hati dari dosa. Maka-tidak ada kewajiban menerima Sakramen Pengampunan untuk menghapus dosa terutama yang kita katergorikan sebagai dosa kecil. Tetapi toh Gereja menganjurkan agar kita menerima sering Sakramenitu. Mengapa? Apakah ada suatu perbedaan di antara pengampunan yang kita peroleh dengan cara extra sakramental dan pengampunan yang kita terima dalam Sakramen Pengampunan?
Kita harus menyadari bahwa Sakramen merupakan sesuatu yang melebibi segala usaha manusia, sehingga tak ada satu halpun yang dapat dibandingkan, apa lagi disamakan dengan efisiensi sakramen. Sebab di dalam Sakramen-sakramen Kristus sendiri berkarya, bukan manusia. Dalam bahasa tradisional ini disebut: "opus operatum". Walaupun kita perlu memahami bahwa Sakramen itu bukan automatis menghasilkan rahmat dalam diri orang itu, tetapi selalu membutuhkan kerja sama manusia dengan Allah. Efisiensi itu berasal bukan dari sifat manusia, tetapi dari kuasa Allah sendiri.
Kecuali itu sakramen Pengampunan mempunyai ciri khas dan tujuan yang khas, yaitu menyembuhkan jiwa yang berdosa dan lemah. Pertama-tama mempunyai kuasa mengampuni dosa (disebut: Sakramen kelahiran kembali - seperti Permandian). Tetapi juga mempunyai kekuatan yang menyembuhkan jiwa, menguatkannya, mencurahkan kekuatan baru. Kekuatan itu secara khusus dimaksudkan untuk menolong jiwa bertahan dalam kebaikan, menjauh dari dosa. Di sinilah letak perbedaan pokok antara pengampunan sakramental dan ekstra sakramental.
Maka kita bisa mengatakan bahwa pengampunan dosa itu sebagian saja dari hasil Sakramen ini. Kecuali pengampunan, sakramen ini memberi kekuatan khusus yang menyembuhkan jiwa yang membantu manusia tetap teguh dan memalingkan dari dosa secara radikal lagi. Penyembuhan jiwa ini juga mengarahkan kita kepada persatuan dengan Allah secara lebih sempurna lagi. Itulah rahmat sakramental Tobat.
Maka Sakramen ini tidak terarah hanya kepada masa yang lalu utk menghapus dosa yang telah dilakukan, tetapi terarah ke masa depan untuk menjamin kesehatan jiwa. Sakramen ini juga mampu monolong jiwa agar keingiannya yang terungkap dalam niat “tidak akan berbuat dosa lagi” - bisa menjadi realitas, bukan niat melulu saja.
Sakramen ini menghapus juga akibat-akibat dosa. Dan salah satu akibatnya adalah menghapus kelemahan manusia yang mendorong kita berbuat dosa lagi. Sebab setiap dosa menggerakkan suatu mekanisme psikis dalam bentuk kecenderungan untuk melakukan dosa itu sekali lagi.
Sakramen Tobat juga mempunyai kekuatan menghapus akibat-akibat dosa yang lain, yakni menghapus "hutang" kita terhadap keadilan Allah. Kekuatan jasa-jasa Kristus di sini melengkapi ketidakmampuan manusia menghapus hukuman yang seharuanya kita terima karena dosa. Kekuatan jasa Kristus ini mencurahkan ke dalam hati kekuatan baru, yang bisa menyingkirkan "mekanisme psikis" tadi, menegakkan "kemiringan", kecenderungan itu. Secara singkat bisa dikatakan bahwa sakrament ini memberi kekuatan untuk berjuang dan bartahan dalam kebaikan.
Masih ada satu keistimewaan Sakramen ini. Dalam semua Sakramen ada unsur yang disebut: materi sakramen (seperti air, roti minyak). Apa yang merupakan "materi Sakramen Tobat" ? - Perbuatan: sifat Pengakuan, penyesalan, niat. Inilah unsur-unsur pokok Sakramen ini. Seperti tanpa roti tidak ada Ekaristi begitu pula dalam Sakramen Tobat. Tanpa dosa, tanpa penyesalan dan pengakuan dan niat, tidak ada Sakramen Pengampunan. Berarti, dosa, pengakuan, penyesalan merupakan bagian integral Sakramen. Memikirkan ini saja kita sudah melibat bahwa dalam Sakramen ini terjadi suatu proses yang ajaib. Milik kita yang khas dan itu milik yang sangat merepotkan dan membebani, diambil dari kita dan dirubah oleb kuasa Allah. Mengherankan dan mengagumkan, bahwa apa yang justru merupakan tanda kelemahan kita (dosa) mendatangkan kuasa Allah yang menyelamatkan kita. "Materi" Sakramen ini berubah, menjadi kekuatan kreatifs, membuat kita lebih kuat terhadap kesulitan dan godaan. Mengingat hal-hal tadi kita bisa mengerti, bahwa sungguh menguntungkan kalau kita mengikuti ajakan Gereja untuk sering menerima Sakramen ini. Pengertian itu akan melindungi kita terhadap rutin, kebiasaan yang tidak enak dan karena itu begitu sering dilalaikan.
Berguna sekali kalau kita ingat masih satu hal lagi: Umat Gereja Purba mempunyai kepekaan besar terhadap kebenaran, bahwa dosa masing-masing orang, sangat merugikan seluruh keluarga kristiani. Dosa merupakan kesalahan bukan hanya terhadap Allah tetapi juga terhadap Gereja. Karena itu tobat dan penitensi dalam Gereja Purba ditentukan oleh uskup bersama dengan umat. Dan tobat dijalankan selalu di muka umum. Gereja - yang oleh St Paulus digambarkan sebagai "mempelai yang dipersiapkan oleh Kristus, penuh kemuliaan, tanpa noda dan cacat, tanpa apa-apa yang memalukannya, tetapi suci". Kita bisa mengerti bahwa orang kristiani yang berpaling dari Allah dan berbuat dosa, merupakan noda, yang seharuanya tak ada pada mempelai Kristus itu. Dosa melemahkan dan memalukan seluruh Gereja. Maka semua ikut prihatin.
Walaupun cara tobat banyak berubah, tetapi tetap benar bahwa dosa pribadiku, sungguh merugikan dan melemahkan seluruh Gereja, umat. Gereja sungguh ingin, agar tidak ada apa-apa yang mengganjil dalam persekutuan sempurna mempelai Kristus itu. (bersambung)

Salam dan doa
MoTe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home