"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Friday, September 12, 2008

SAKRAMENT REKONSILIASI [4 TAMAT]


Mungkin paling banyak orang datang karena mengalami kekecewaan, frustrasi. Mereka datang membawa rasa ketakutan, kesulitan-kesulitan semu, tetapi juga dengan kesulitan yang sungguh-sungguh. Mereka membawa sikap yang ganjil, luka-luka yang belum sembuh, orang-orang yang mengalami tragedi. Mereka semua itu perlu kita dengarkan dengan sabar, tanpa memperlihatkan rasa bosan. Perlu hati yang sabar untuk berusaha mengerti mereka, syukur bisa menawarkan pertolongan dan yang pasti adalah kita bisa mendoakan mereka. Datang orang -yang luka-lukanya sembuh dengan lewatnya banyak waktut tetapi bekas luka itu masih dirasa sakit, menyulitkan hidup. Akibat-akibat luka-luka itu - dengan suatu transformasi - masuk ke dalam hidup generasi baru sebagai warisan yang memberatkan, mungkin dalam bentuk kecurigaan terhadap setiap orang, kesulitan untuk mempercayai, untuk melihat kemauan baik.
Datang orang dengan suatu kemiringan psikis, tidak normal, mereka datang ke ruang pangakuan karena mereka berharap bahwa mungkin di tempat mereka akan dilihat dan diterima secara serius. Bahwa pastor akan memberi sedikit waktu, mendengar mereka dengan sabar, akan mengerti dunia kecurigaan, kegilaan, suara-suara khayalan mereka. Orang-orang dari lingkungan mereka asal melihat orang itu mendekat, langsung menutup pintu, malah mengusir dengan marah-marah. Orang seperti ini sungguh perlu untuk diterima, dan bersuha agar pastor tidak mengecewakan mereka. Agar mengikat kontak psikis, menenangkan, mengemukakan arti hidup. Bagi penitent situasi ini sangat berat untuk ditanggungnya, karena kelainan psikis itu mengisolir mereka dari dunia orang "normal". Biasanya lingkungan tidak mengerti mereka, mereka diremehkan, malah diejek, pada hal, mereka mempunyai juga rasa harga diri. Apakah pastor bisa menolong mereka? Rasanya bisa. Justru dengan mendengar, dengan berusaha mengerti, dengan berusaha mengarahkan pikiran nekat mereka ke arah lain, menunjukkan Kristus yang lebih kuat dari penyakit mereka, menjanjikan doa, memberi pengampunan membuat orang itu menemukan dirinya.
Datang pula orang dengan depresi berat, sudah tidak melihat tempat bagi dirinya di dunia ini. Putus asa, merasa sangat sedih dan ingin mati. Bisa jadi dikamar itu dia engatakan bahwa mau bunuh diri, malah sudah mencoba. Sekarang sudah ambil keputusan, tetapi sebelum melaksanakannya, namun masih datang mengaku dosa, untuk terahir kalinya. Bisakah imam menerangkan kepadanya kata-kata dari "Redemptor Hominis” bahwa setiap orang tercakup dalam misteri Penebusan, bahwa Kristus ingin bertemu dengan setiap manusia dalam misteri itu, ingin sekali untuk selamanya menyatukan Diri dengannya. Mampukah imam menunjukkan arti hidup dalam penderitaan, serta tujuan konkret orang-orang itu? Bisakah berbuat sesuatu dalam situasi seperti ini?
Psycoterapi? Memang, pengakuan dosa mempunyai juga suatu pengaruh psycoterapeutik, tetapi hanya melalui relasi dengan Kristus. Oleh iman dan Injil, oleh tabbisan imamat confessarius, sakramen Tobat mengabdi kepada mendamaikan manusia dengan Allah, melepaskan manusia dari beban dosa. Pun juga, para penitent datang mengaku dosa bukan karena si imam adalah ahli psykologi, tetapi karena iman, dan karena mereka mempercayai Kristus dan GerejaNya. Dan si confessarius memiliki nilai-nilai dan kekuasaan, yang tidak dimiliki oleh dokter atau psycolog yang terbaik sekalipun. Imam mempunyai kebijaksanaan Injil, kebijaksanaan dan pengalaman Gereja, serta kekuatan yang menyelamatkan imamat Kristus Dan Kristus sendiri yang berkarya di situ.
Untuk menjalankan tugas ini sebagai dokter dan guru, bapa pengakuan haruslah orang yang beriman dan berkeyakinan kuat. Orang hidup dan bertahan dalam rahmat, dalam hidup Ilahi, keinginan hatinya adalah untuk menyelamatkan banyak jiwa. Berkobar dalam semangat dan siap berkurban bagi jiwa-jiwa. Ia mempunyai semangat dalam penyangkalan diri dan hidup tekun dalam doa yang tak kunjung henti.
Oleh karena itu dari seorang bapa pengakuan umat mengharapkan:
a). Kebaikan dan kepekaan hati. Kebaikan hati membuat si penitent tenang.
Kebaikan hati meyakinkandam menawan. Sebaliknya, jika bapa pengakuan pemarah, kasar dan keras akan menimbulkan perasaan takut, tak tenang dan menimbulkan prasangka dan kecurigaan. Orang akan menutup hati sebelum membukanya. Membuat orang kecewa dan menghindari Sakramen Pengampunan, dari Gereja, dari Allah, bahkan bisa untuk selamanya.
b). Rasa hormat kepada penitent. Penitent datang mengakui karena disentuh rahmat. Walaupun ia berdosa ia tetap milik Allah. Tuhan sendiri membela hak-haknya. Tuhan berkarya di dalam hati orang itu, Imam hanya menyelesaikan karya Allah itu. Tetapi imam tidak boleh merusakkan atau menghentikan karya rahmat itu dengan sikap-sikapnya yang tidak baik.
c). Kesabaran. Menerima pengakuan dosa itu bukan tugas ringan. Tugas ini sungguh berat, membosankan dan melelahkan syaraf. Hasilnya tidak dapat dilihat atau diukur. Penitent sering cukup kasar, tidak tahu hal-hal paling pokok. Ada yang keras kepala, sinis, nakal. Janganlah hal ini membuat imam marah, berbicara keras dan kasar, sebab ini sungguh sangat merugikan. Perlu usaha untuk mengerti penitent, masuk ke dalam situasi dia dan dalam keadaan jiwanya. Perlu memperhatikan umur, jenis kelamin, pendidikan, lingkungannya, masa lalu, kebiasaannya dsb.
c). Baik hati tetapi menuntut dan tegas. "Fortiter et suaviter". Sikap kompromi dan minimalis sangat merugikan. Jahat harus disebut jahat. Dalam hal ini tidak boleh tawar-menawar, tidak boleh lunak dalam hal Perintah-Perintah Allah, kakrena kesempatan dekat terhadap dosa berat merupakan bahaya neraka.
Sakramen pengakuan memberi arti dan posisi khusus untuk memandang realitas hidup manusia. Tempat ini bisa memperlihatkan secara sangat realistis banyak hal, banyak ketergantungan, ikatan antara sebab dan akibat-akibat dalam hidup orang. Dengan meenerima dan mendengarkan pengakuan dosa imam melihat bukan hanya dosa dan kejahatan manusia, tetapi perang kejam di antara kejahatan dan Allah, perang Kristus, perang yang ahirnya akan dimenangkan oleh Kristus. Imam melihat pula bagaimana Allah mencari manusia, dan bagaimana manusia mencari Allah, mencari keadilan di hadapan Allah, haus dan lapar akan Allah cintakasihNya. Imam melihat ketidak-mampuan dunia untuk membahagiakan hati manusia, memenuhinya. Imam melihat bahwa Kristus sekarang sama seperti dulu mengusir roh-roh jahat, membuka mata orang-orang buta menyembuhkan orang-orang lumpuh, kusta, menguatkan yang lemah, mengangkat yang jatuh dengan cara tidak spektakuler, tersembunyi bagi mata manusia tetapi toh nyata. Sama seperti dulu, sekarang juga Kristus mencari kontak individual dengan manusia. Dan berkat pribadi seorang imam, pencarian itu mempunyai bentuk riil.
Selesai pengakuan imam merasa rileks tetapi biar betapapun payahnya, merasa berhutang budi kepada.Allah dan bersyukur, karena sudi melibatkannya dalam karya keselamatan yang begitu indah dan luhur.
Berkat Sakramen ini, manusia mengalami bukan Allah yang adil dan dahsyat, tetapi Allah yang penuh cintakasih yang mengampuni, Allah yang mengangkat manusia dari lembah dosa. Dan pengalaman itu sangat menolong mengenal lebih dalam kelemahan pribadi, kelemahan temperamen dan akibat-akibat kelemahan itu. Sehingga pengetahuan itu tidak menimbulkan frustrasi dan stress, sebab dalam penemuan kesalahan, penitent sekaligus menemukan pengalaman baru belaskasihan yang penuh kesabaran dan kepekaan Allah. Menolong menerima keterbatasan pribadi, tanpa mengalah pasif kepada keterbatasan itu.
Pembaharuan rohani akan terwujud jika semua Imam menghargai pemberian terbesar Belaskasihan Allah, dalam Sakramen Tobat yang mereka layani. Kalau semua imam secara jujur dan tanpa melebih-lebihkan, mempunyai pengayatan semangat ini “Saya tidak bisa menatap seseorang, tanpa keinginan besar untuk memberi kepadanya absolusi".
salam dan doa
MoTe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home