"Spritualitas' adalah kumpulan artikel mengenai olah rohani, olah batin dari bagi mereka yang ingin memberi makan jiwa. Berbagai kumpulan artikel berkisar pada masalah hidup rohani, saya sajikan dalam blog ini. Selamat menyantapnya, semoga membuat jiwa anda menjadi gemuk. MoTe

Saturday, February 25, 2006

ALLAH MAHA PENGAMPUN [2]

Allah Mengampuni melalui Jesus
Judul ini sudah bisa menimbulkan pertanyaan dan masalah bagi mereka yang hanya mengakui Jesus sebagai nabi untuk orang Israel. Hal ini bukanlah hal baru, sejak Jesus masih hidup pun hal ini sudah menjadi masalah besar. Jesus dituduh menghojat Allah oleh orang-orang Jahudi karena dia berkuasa mengampuni dosa. Dan sebagaimana telah kita lihat dalam bagian pertama tayangan ini, memang hanya Allah lah yang berhak mengampuni dosa. Dan itu jugalah yang diyakini oleh orang Jewish, sehingga ketika Jesus mengampuni dosa orang bahkan melakukan hal itu pada hari sabat, maka mereka berpendapat orang ini harus mati demi kebenaran agama. Dan itulah yang terjadi, walaupun dihadapan Herodes dan Pilatus tidak diketemukan kesalahan sedikit pun dalam Dia, namun para pemimpin agama, para imam agung, ahli taurat dan pemuka rakyat bersikeras untuk membunuh Jesus. Lebih baik satu orang mati sebagai korban, demi keselamatan seluruh bangsa, itulah alasannya.
Untuk mengerti lebih lanjut keyakinan ini, baiklah kita ambil contoh apa yang dikatakan oleh Injil. Dalam Luk 5:17-25, kisah mengenai orang lumpuh yang digotong masuk lewat atap rumah, dan ketika Jesus melihat iman orang itu berkatalah Ia: "Hai, saudara, dosamu sudah diampuni". Kita bisa melihat apa reaksi para ahli Taurat dan orang Parisi: "Siapakah orang yang menghojat Allah ini. Siapakah orang yang bisa mengampuni dosa selain dari pada Allah". Jesus tahu pikiran orang-orang ini, dan mengatakan: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu. Manakah yang lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: bangun dan berjalanlah?". Kemudian Jesus menyatakan diri lebih tegas lagi siapa diriNya dengan bersabda: "Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa - berkatalah Jesus kepada orang lumpuh itu: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah dan angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu"
Kisah yang hampir sama juga terjadi dalam Luk 7:36-50. Ketika Jesus sedang diundang makan di rumah orang Farisi, ketika mereka sedang makan, Jesus didatangi oleh seorang perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa. Ia dengan tanpa malu datang kepada Jesus dan membasuh kakiNya dengan air mata, dan mengusapinya dengan rambutnya, menciumnya kemudian mengurapinya dengan minyak wangi. Orang Farisi yang mengundang Jesus 'ngedumel' dalam hatinya. Dan akhirnya Jesus meminta pendapat kepada Petrus mengenai penghapusan orang yang berutang kepada tuannya. Singkat cerita (baca sendiri kisahnya) karena perbuatan wanita itu, kemudian Jesus berkata mereka: "Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih". Dan kepada wanita itu ia berkata: "Dosamu telah diampuni". Dan orang banyak yang ikut makan bersama Jesus itu berpikir dalam hatinya: "Siapakah ini, sehingga ia dapat mengampuni dosa".
Dari dua kisah ini, dan masih banyak lagi kisah-kisah lain yang bisa kita temukan dalam Injil, kita menjadi yakin, semasa Jesus masih hidup seperti kita, sebagai manusia, Ia telah mempunyai kuasa mengampuni dosa. Dan kuasa itu memang menjadi bahan perdebatan dan pertengkaran bagi mereka yang berpegang teguh pada keyakinan, bahwa hanya Allah saja yang berkuasa mengampuni dosa. Namun Jesus tidak mundur, walaupun orang tidak menerimanya, namun Ia tetap menjalankanNya dengan menanggung segala resiko yang akan terjadi. Dalam diriNya, Jesus mau menunjukkan bahwa kerahiman Allah, atau Allah yang maha pengampun itu telah menjadi nampak. Allah yang bertindak sebagai Bapa penuh kasih kepada kaum pendosa bukanlah sekedar perumpaan atau cerita, semua itu telah nyata di dalam diriNya. Resiko kerahiman Allah sang pengampun itu menjadi nyata ketika Jesus tergantung di kayu salib. Namun justru lewat pengorbanannya, menderita, wafat itulah pengampunan dosa manusia menjadi sempurna.
Bagaimana kuasa Jesus mengampuni dosa itu sampai kepada para imam atau lebih tepat diteruskan oleh terutama Gereja Katolik? Kita yang menyakini tahu, bahwa hidup Jesus di dunia ini hanya 33 tahun, dan kiranya kurang dari tiga tahun ia berkarya ditengah-tengah manusia. Dan setelah itu ia meninggalkan murid-muridNya. Namun Ia menghendaki supaya segala pekerjaanNya itu diteruskan. Maka kepada Petrus dan dua belas muridNya yang lain Ia memberi kuasa itu. Bahkan ketika Jesus masih hidup bersama mereka janji itu sudah diucapkan oleh Jesus, bukan hanya satu atau dua kali tetapi berkali-kalai. Dua kisah Injil akan saya kutip sebagai bukti. Dalam Mateus 16: 13-20, ketika itu Jesus ingin mengetahui, sejauh mana kedua belas murid yang telah mengikuti Dia kemanapun pergi ini mengenalNya. Maka Jesus bertanya: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini" Petrus menjawab: "Engkau adalah Messiah, Anak Allah yang hidup". Kemudian Jesus bersabda kepada Petrus: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat/gereja-Ku dan alam tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia akan terikat di surga dan apa yang dilepaskan di dunia ini akan terlepas di Surga"
Dalam Mateus 18:15-20, dalam kontek tentang menasehati sesama yang telah berbuat dosa, Jesus juga bersabda kepada muridNya: "Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepas di dunia ini akan terlepas di surga". Pada waktu Jesus masih hidup bersama dengan para murid, semua ini masih merupakan janji, karena kuasa mengampuni dosa itu ada dalam diri Jesus. Ternyata Jesus tidak main-main dalam hal yang peka ini, karena ternyata janji ini dipenuhi oleh Jesus.
Saya merasa yakin, para murid tidak ingat lagi akan semua ini, terutama ketika sang Guru mati dengan cara yang keji. Semua harapan yang ditumpukan kepada Dia hilang musnah. Maka tidak mengherankan para murid yang mengandalkan Jesus, itu menjadi berantakan ketika sang Guru tidak ada ditengah-tengah mereka lagi. Setelah Jesus bangkit mereka menjadi hidup lagi, semangat dan harapannya muncul lagi. Dan saat itu pula Jesus mengingatkan lagi apa yang pernah Dia janjikan ketika mereka masih hidup bersama. Setelah kebangikitan janji ini dipenuhi. Ketika Jesus menampakkan kepada kepada mereka di dalam ruang tertutup, Jesus bersabda: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada" (Yoh 20:21-22)
Inilah dasar Biblis yang bagi Gereja Katolik menjadi dasar keyakinan. Dalam sahadat kita menyakini bahwa Gereja kita ini adalah gereja Apostolik, artinya bahwa gereja kita ini adalah merupakan kelanjutan gereja para rasul itu, bahwa kita mewarisi tradisi rasuli itu. Dan berarti apa yang dulu telah dikuasakan kepada para Rasul, sekarang ini tetap dilanjutkan oleh Gereja. Dan bagi mereka yang percaya, paus, uskup dan imam adalah mereka-mereka yang dipanggil untuk menjaga, menjamin dan meneruskan kebenaran ajaran Jesus dalam tradisi rasul ini. Dengan demikian kuasa mengampuni dosa ini juga dimiliki oleh mereka yang setia pada Jesus dan meneruskan ajaranNya. Maka Gereja Katolik menyakini bahwa dalam Sakrament Tobat ini kita yang mengakui kesalahan dan dosa, kembali berbalik kepada Allah diberi pengampunan dan kita didamaikan dengan Allah dan sekaligus dengan Gereja melalui seorang imam. Harus dicatat dan diingat, bahwa dalam hal ini IMAM tidak mengampuni dosa atas nama dirinya sendiri, yang mengampuni tetap Allah, imam hanya bertindak atas nama Allah dan juga atas nama Gereja. Imam hanyalah semacam 'telinga Allah, untuk mendengarkan pengakuan dosa umatnya. Imam menjadi tanda dan sarana yang kelihatan, dimana orang menjadi lebih yakin bahwa ada tanda langsung yang kelihatan bahwa dia telah berdamai dengan Allah. Dan juga ada rumusan kongkrit yang mereka dengar bahwa Allah telah mengampuni segala dosanya lewat suara mulut dari imamnya itu. Maka percaya atau tidak rahasia pengakuan adalah rahasia yang bila perlu tetap dijaga sampai mati. Untuk memperoleh wewenang mendengarkan pengakuan dosa ini tidak gampang lo.... kuliah satu semester penuh, dan diuji oleh tiga dosan dalam waktu lebih dari satu jam. Dan kalau tiga kali kesempatan yang diberikan mahasiswa tidak lulus dari ujian Ad Audindas ini, maka ada kemungkinan bahwa mereka tidak bisa ditahbiskan menjadi imam. Ini sekedar informasi betapa hal adalah hal yang penting dan berat.
Kiranya cukup sekian, sekali bagi mereka yang percaya semoga hal ini sedikit menambah pengatahuan anda, dan akhirnya memberi keyakinan yang lebih mantap bagi anda yang selama ini merasa ragu dan tidak percaya lagi.
salam dan doa
MoTe

‘ALLAH MAHA PENGAMPUN’ [1]

1. Allah maha pengampun:
Waktu saya masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta beberapa tahun yang lalu, ada suatu selebaran yang secara positif sekali menilai bahwa kekuatan agama katolik itu terletak pada keyakinan agama itu bahwa mereka mempunyai (a) pemimpinnya yang tidak menikah, (b) mempunyai figur seorang ibu (Maria) dalam penghayatan iman, (c) kayikinan pada perkiwanan yang monogami dan tak terceraikan dan (d) 'sakrament tobat' atau 'pengakuan dosa'. Dalam kaitan dengan pengakuan dosa alasan yang dikemukankan adalah bahwa kita ini manusia lemah yang mudah jatuh dalam godaan dan seringkali berdosa. Dan banyak orang yang tidak tenang hidupnya karena merasa tertanggu rasa berdosa dan bersalah. Kalau hanya bersalah kepada manusia kita akan mudah melupakan itu asal kita minta maaf dan mengakui kesalahan kita. Tetapi kalau orang merasa bersalah kepada Tuhan, kesalahan dan dosa itu tidak akan mudah begitu saja dilupakan, bahkan bisa mempengaruhi seluruh hidupnya, akibatnya hidup menjadi tidak tenang. Namun dalam gereja katolik ada sarana kasad mata, yang secara langsung bisa dialami dan dilakukan oleh mereka yang mengimani bahwa Tuhan telah mengampuni segala dosanya, yaitu lewat sakramen tobat. Di situlah orang merasakan bahwa mereka telah berdamai- berrekonsiliasi dengan Tuhan, bila ia datang kepada imam dan mengakui segala kesalahan dan dosa-dosanya.
Namun pada kenyataannya untuk mengakui kebenaran dari praktek ini tidaklah mudah dan gampang, bahkan orang yang sama-sama meyakini Jesus sebagai Tuhan pun tidak bisa menerima praktek gereja katolik ini. Apalagi mereka yang tidak mengakui Kristus, praktek ini dianggap sebagai 'omong kosong dan kesia-siaan belaka'
Mengapa gereja katolik masih tetap berpegang pada iman ini, adakah dasar Biblisnya, bukankan mengaku dosa langsung kepada Tuhan malah lebih mantap dari pada kepada manusia berdosa. Bukankah semua ini adalah hak Tuhan, bagaimana manusia berdosa bisa campur tangan dalam hak Tuhan? Itulah sederetan pertanyaan yang seringkali diajukan oleh mereka yang tidak mempercayainya, bahkan bisa ditambah lebih banyak lagi.
Saya ingin sedikit membagikan pengetahuan saya, terutama kepada mereka yang percaya, supaya keyakinan indah ini tidak luntur oleh berbagai macam situasi dan keberatan banyak orang dijaman modern yang sudah tidak peka akan dosanya lagi ini.
Semua agama di dunia ini meyakini bahwa Tuhan itu maha pengampun, Ia selalu rela mengampuni setiap orang yang berdosa tidaklah perlu disangsikan. Dalam Injil Lukas 15:11-32, dalam kisah perumpaan tentang anak yang hilang, Allah/Tuhan yang maha pengampuni ini dilukiskan oleh Jesus sebagai seorang Bapa yang penuh kasih dan pengampun menantikan anaknya yang pergi meninggalkan kebahagiaan keluarga. Bagi mereka yang tidak tahu cerita dari kisah ini, perkenankan saya sedikit menceritakan kisahnya.
Adalah seorang bapa yang mempunyai dua anak laki-laki, si sulung dan si bungsu. Pada suatu hari si bungsu yang sudah merasa diri menjadi orang diwasa, ingin mandiri, dia ingin menikmati kebebasan dan kedewasaan dirinya untuk hidup di luar lingkungan kasih bapaknya. Maka ia mengatakan kepada bapaknya: Bapa, berikankanlah kepadaku bagian warisan yang menjadi hakku. Si bungsu yang lagi gedhe itu pergi meninggalkan rumah orang tuanya dengan membawa segala kekayaan yang menjadi warisannya dengan mangadu untung di negeri orang. Namun pengalaman pahit dialaminya, ia jatuh menjadi miskin dan akhirnya kelaparan. Ia merasa hina dan malu, mau kembali ke bapanya tidak mempunyai keberanian. Dia masih bertekad untuk memperbaiki hidupnya. Ia tetap berjuang untuk mempertahankan hidupnya, yang akhirnya membawa dia terdampar dikandang babi. Oleh tuannya ia diberi pekerjaan untuk menggembala dan memberi makan kepada babi-babi, dan dari makanan babi itulah dia mengisi perutnya. Dalam kondisi dan situasi kesengsaraan dan penuh penderitaan inilah ia menjadi sadar, ia teringat akan bapak dan orang-orang upahan yang hidup enak dan berkelimpahan di rumah bapaknya."Aku akan bangkit dan pergi kepada bapakku". Singkat cerita, kesadaran bahwa di rumah bapaknya banyak makanan dan bisa hidup berkelimpahan mendorong si bungsu itu pulang. Ia melupakan segala kesalahan dan dosa-dosanya, ia tidak perlu merasa malu mengemis belas kasih didepan bapaknya, semuanya itu dilakukan dengan penuh sesal dan tobat, lebih baik hina dihadapan bapaknya dari pada binasa karena menderita kelaparan. Walaupun ia tetap anak bapaknya, namun karena segala dosa dan kesalahannya, ia rela membuang hak anak itu dan menjadikan dirinya salah satu dari orang upahan bapaknya.
Dan apa yang dibuat bapak. Ia tahu betul siapa sibungsu dengan segala sifat dan kepribadiaannya. Ia tahu bahwa dia tidak akan bahagia hidup diluar lingkungan keluarganya. Keyakinan itulah yang membuat bapak itu setiap hari lari ke jalan dan menunggu kedatangan si bungsu. Maka ketika ia melihat sibungsu dari jauh datang, ia langsung menyambutnya, merangkul dan menciumnya. Si bapak tetap menerima ia sebagai anaknya dan tetap mengasihi dan mencintainya. Ia melupakan segalam dosa dan masa lalu anaknya. Kembali ke padanya sudah merupakan peristiwa yang luar biasa. Maka karena ia kembali dengan selamat, tepatlah kalau dirayakan dengan pesta besar. Bapak berkata: "Anakku ini tadinya mati, namun ia hidup kembali. Tadinya hilang, namun ia ditemukan kembali.
Anak hilang (sibungsu) adalah gambaran setiap manusia, yang tergoda untuk menggunakan kebebasannya untuk melepaskan diri dari kasih Allahnya. Dan Jesus menyatakan bahwa sang bapak adalah gambaran Allah yang oleh Jesus disebut bapak. Allah yang Jesus ingin ajarkan dan perkenalkan adalah Allah Bapa yang maha pengampun. Ia tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa manusia, namun sebaliknya dengan penuh kasih ia selalu menunggu, menanti dan menanti anaknya yang berdosa dan yang melepaskan ikatan kasih denganNya itu kembali, pulang kepadaNya. Dan inilah Allah yang diperkenalkan Jesus, ia tidak menghakimi, menghukum karena anakNya telah berbuat dosa, malah ia menyambutnya dengan mengadakan pesta. Jesus juga menggambarkan kembalinya si manusia kepada Allah, atau pertobatan ini dalam perupamaan lain, misalnya domba yang hilang, dirham yang diketemukan kembali. Hal ini mau mengatakan bahwa pertobatan, penyesalan dan kembalinya orang berdosa dihadapan Allah itu sungguh sangat berarti bagi Allah. Karena Allah sungguh mencintai kita, dan tahu bahwa lepas dari Allah, manusia pasti binasa. Dan keinginan Allah hanya satu, supaya manusia itu selamat, dan Tuhan mengetahui betul bagaimana keselamatan itu diperolehnya.
Jadi tepatlah iman semua agama di dunia ini yang mengakui dan menyakini, bahwa Allah kita yang esa itu adalah Allah yang maharahim dan pengampun. Dan penting untuk dicatat, bahwa kita dapat berdamai (reconcile) dengan Allah karena dosa bukanlah karena usaha dan jasa-jasa kita. Pengampunan hanyalah melulu karena rahmat. Allah punya alasan untuk menghukum dan menolak anaknya yang telah berdosa dan menghabiskan harta warisannya itu, namun semua itu tidak dilakukan karena Allah mencintai manusia. Jadi pengampunan adalah rahmat dan anugergah dari Allah kita di surga.
Salam dan doa
MoTe

API PENCUCIAN

Mencoba menjawab, walaupun saya tidak yakin bahwa jawaban saya ini akan mampu memberi penjelasan mengenai 'peramasalahan' disekitar api pencucian atau furgatory. Karena dalam Gereja doktrin ini ditempatkan pada bidang iman dan misteri. Artinya sesuatu yang 'tidak bisa dijelaskan secara tuntas hanya berdasarkan dan melandaskan pada kemampuan akal budi. Kita pun juga tidak akan mampu untuk membuktikan secara tuntas kebenaran dari doktrin ini hanya berdasarkan pola pikir, karena masalah ini sungguh merupakan masalah 'keselamatan dan kerahiman Allah". Pertanyaan 'why dan how' inilah bidang yang mesteri. Gereja hanya ingin mengajarkan bahwa ada 'keadilan, penghakiman dan kerahiman' berdasarkan pada kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia. Dan manusia harus mempertanggung-jawabkan itu dihadapan Allah.
Doktrin ini pertama-tama diumumkan pada Konsili Lion II (1274), dan oleh Paus Benedictus XII dalam dekrit "Benedictur Deus (1336) kemudian pada konsili Florence (1439) ditegaskan kembali pada konsili Trento (1563) untuk menjawab pihak reformationist yang menolak doktrin ini. Kemudian juga disebutkan kembali dalam Konsili Vatikan II (1965) dalam Konstitusi Dogmatik Gereja; Lumen Gentium art. 49-50). Bila dikatakan bahwa doktrin ini tidak mempunyai dasar Biblis yang tegas dan jelas, memang benar. Namun tidak benar bila dikatakan doktrin ini tidak mempunyai dasar dalam Kitab Suci. Ada bukti alkitabiah yang membenarkan doktrin ini. Sebenarnya doktrin ini lebih didasarkan pada doa permohonan komunitas Kristiani yang dipersembahkan bagi "mereka yang telah meninggal sebelum kita" (bdk Kitab 2 Makabe 12:38-46 juga sering pula ditambahkan dari I Korintus 3:12-15, dan Mat 12:32)
Untuk memahami secara lebih tepat problem 'api penyucian' pertama-tama kita harus mengerti difinisi yang diberikan oleh Gereja. Dikatakan bahwa api penyucian adalah status penyucian manusia diantara kematian dan surga, sebagai suatu saat untuk membersihkan segala noda dosa pribadi yang masih melekat menuju pada kepenuhan kebahagiaan abadi dalam persatuan dengan Tuhan. Gereja Katolik meyakini hal ini terjadi, bahwa seseorang harus dibersihkan, disucikan dan diilahikan sebelum mereka bersatu penuh dengan Allah. Mereka harus lebih dahulu 'dibenarkan dan didamaikan dalam Kristus. Halangan atau sering disebut noda dosa pribadi ini adalah segala dosa-dosa yang tidak sempat diampuni disaat menjelang kematian, tetapi juga dosa-dosa semasa hidupnya yang belum terampuni. Gereja meyakini bahwa 'jiwa yang telah suci' akan langsung masuk surga. Dalam api penyucian tidak ada kesempatan untuk memohon pertobatan, kesempatan bertobat hanya dialami ketika manusia masih di dunia. Namun ini adalah saat penyucian dan pembersihan dari segala noda dosa sehingga secara pribadi manusia dibenarkan dihadapan Allah untuk bersatu dalam kebahagian bersama Allah dan kesatuan dengan para kudus lainnya. Jadi "forgatory is best understood as a process by which we are purged of our residual selfishness so that we can really become one with God who is totally oriented to others, i.e. the self-giving God".
Doktrin tentang api penyucian menjadi masalah dalam Gereja karena adanya penolakan dari kelompok reformasi, terutama Martin Luther, Melanchthon, Calvin dan Zwingly. Semua ini terjadi karena adanya perbedaan konsep dan teologi tentang keselamatan, dalam mana kaum reformasi mengakui keselamatan hanya melulu karena "rahmat Allah'. Tidak ada campur tangan manusia. Sementara Gereja Katolik selain mengakui apa yang diakui oleh para reformasionist, sola fides, sola gratia, sola scriptura, tetapi masih ditambah lagi satu yakni "perbuatan baik" (bdk Matt 25 31-46). Bahwa manusia ikut terlibat dalam keselamatan pribadinya. Iman harus ada tanggapan, rahmat harus ada kerjasama, bila semua akan membuahkan hasil. Manusia diberi karunia sebagai 'citra' Allah jutstu karena kebebasan yang diberikan oleh Allah. Sementara keselamatan adalah tawaran dari Allah, manusia dari dirinya sendiri berhak menentukan dirinyai, apakah dia menerima atau menolak. Dalam masalah api penyucian, konsili menjawab bahwa penyucian dan pembebasan dari noda dosa itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang masih hidup, yakni melalui doa-doa permohonan bagi mereka yang telah meninggal dan terutama lewat intensi dalam Ekaristi Kudus.
Adalah sikap 'arogan bila' kita ingin membuktikan bahwa 'doktrin ini adalah salah' bahwa suatu saat kebenaran akan terbuka. Debat mengenai iman tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tetapi dialog iman adalah cara yang terbaik untuk membantu kita memahami iman sesama kita. Perbedaan selalu ada, dan justru dengan menghargai perbedaan itu kita menjadi semakin dewasa dan berkembang. Kita tidak pernah bisa mengklaim bahwa kitalah yang paling benar. Banyak kebenaran lain yang tidak bisa kita pahami secara tuntas. Adalah bijak bila kadang kala kita harus mengatakan apa yang St. Anselmus katakan "Qui crediderit, non inteleget" (what they do not believe, they do not understand).
Bagi kita manusia, justru doktrin ini menjadi tanda kerahiman Allah yang luar biasa, karena Allah masih memberi kesempatan kepada manusia untuk bisa menikmati kebahagiaan abadi walaupun ada 'penghalangan' yang harus dibersihkan. Lalu kita bisa bicara lebih lanjut moralitas iman dan spiritualitas dari topik ini.
salam dan doa
MoTe

“MENGHADAPI SAAT KRISIS DALAM HIDUP”

Hidup adalah suatu keputusan. Dan sesungguhnya hidup pun merupakan suatu proses terus menerus dari tindakan untuk memilih dan memutuskan. Keberhasilan dalam hidup tergantung pada benarnya suatu keputusan yang kita ambil dan tepatnya suatu pilihan yang kita buat.
Karena hidup ini merupakan suatu proses yang mengandaikan adanya dinamika di dalamnya, maka hal ini tidak luput dari irama yang terjadi. Bahwa irama hidup mengalami ‘up and down’ atau penuh semangat dan krisis. Dalam artikel pendek ini saya ingin menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan krisis dalam hidup mungkin juga dalam hidup rohani. Pertama-tama kami ingin melihat secara singkat arti krisis dan ciri-ciri krisis, dimensi dari krisis dan sarana apa yang dibutuhkan untuk menyelamatkan diri dari situasi krisis ini.

Arti Krisis
Kata ‘krisis’ berasal dari kata Yunani “Krino” yang berarti mengambil satu dari dua kemungkinan yang ada. Hal ini mengandaikan adanya situasi yang tidak menentu dan sulit. Situasi yang tak menentu dan sulit ini membuat struktur pokok kehidupan bersama dan individual menjadi terganggu.
Krisis bisa muncul dari kita yang mengalami kondisi yang menegangkan untuk beberapa hari, bulan, bahkan tahun yang akhirnya membawa kita sampai pada titik puncak kelelahan. Kita tidak mampu mengatasi situasi itu lagi.
Krisis bisa muncul ketika terjadi perubahan tragis yang tidak diharapkan. Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan yang menguras seluruh emosi pribadi bisa menjadi sebab krisis dalam hidup.
Krisis timbul oleh karena pribadi orang itu sendiri yang hidup dalam suatu aktivitas terus menerus, tanpa suatu refleksi yang dalam. Kita mengalami kekosongan makna dan kekeringan semangat. Hidup menjadi seperti aliran sungai tanpa makna.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa krisis bisa timbul oleh karena adanya pertentangan nilai dan pengaruh antara situasi internal maupun ekternal.

Dimensi Krisis
Ada lima dimensi krisis yang dialami oleh setiap orang;
Pertama, bahwa saat krisis merupakan episode dari perjalanan kehidupan pribadi, keluarga, komunitas atau bangsa. Hal terjadi oleh karena kejadian yang mengejutkan yang muncul dari luar diri orang itu. Bisa juga terjadi karena diikat oleh adanya tekanan batin. Mungkin karena adanya bencana atau rangkaian kesengsaraan dan derita yang menimbulkan goncangan jiwa.
Kedua adalah adanya keseimbangan kebutuhan dasar manusia yang terganggu dan merembes pada kepekaan individu manusia. Kita berusaha untuk mengembalikan keseimbangan itu, namun usaha ini tidak pernah berhasil. Maka kegelisahan timbul. Berbagai usaha dan cara dijalankan untuk memulihkan keadaan, namun tidak pernah tercapai.
Ketiga, bila dalam situasi itu tidak ditemukan jalan keluar, maka ketegangan akan mencapai puncaknya. Hal ini akan menimbulkan krisis. Kita akan kehilangan keseimbangan dan akan mengalami kekacauan dalam hidup. Inilah yang disebut kondisi krisis yang aktif.
Keempat, kejadian bisa dimengerti dan disadari oleh kita sebagai: a). ancaman terhadap kebutuhan dasar dan kebebasan, b). kehilangan identitas pribadi dan kemampuan. c). atau sebagai tantangan untuk berjuang, berkembang atau menjadi diri sendiri.
Pemahaman ini menimbulkan beberapa ciri reaksi emosional. Dan makna dari semua ini bagi masing-masing pribadi akan terungkap dalam cara yang berbeda. Bila kondisi atau kejadian ini dipandang sebagai ‘ancaman’ maka kegelisahan akan berkembang. Bila dipandang sebagai ‘yang hilang’, maka kita akan mengalami dipresi, putus asa dan kesedihan yang berlarut-larut. Bila ini dianggap sebagai suatu ‘tantangan’, maka dalam kegelisahannya orang akan mengalami perkembangan dalam harapan dan penantian.
Kelima, saat krisis bukanlah kondisi sakit, melainkan suatu perjuangan nyata yang dialami oleh setiap pribadi dalam situasi hidupnya. Maka krisis adalah suatu tanda menuju pada kedewasaan pribadi dan rohani. Saat krisis itu dialami dan terjadi dalam setiap tahap perkembangan hidup manusia menjadi semakin holistik. Yang menjadi masalah adalah bagaimana manusia menemukan kekuatan untuk bertahan dan menemukan jalan keluar dari saat krisisnya itu.

Cara dan Sarana dalam menghadapi Krisis
Menurut para ahli spiritualitas ada tiga faktor yang bisa membantu seseorang menyelamatkan dirinya dari krisis. Ketiga faktor itu adalah doa, iman dan harapan.

a. Doa
Doa mengungkapkan kegembiraan dan kesedihan kita dihadapan Allah dan dengan sabar menunggu ditumpuan kakiNya atas kasih dan kemurahanNya. Doa adalah saat dimana kita memohon kepada Allah Bapa di Surga, Tuhan atas kebijaksaan dan pengetahuan untuk memberkati kita dengan karunia Roh KudusNya. Doa adalah saat dimana kita memohon pertolonganNya untuk mampu membedakan dan melihat mana yang baik, pantas dan sempurna.
Bila kita yakin, doa sungguh mempunyai daya yang luar biasa. Maka doa pada saat krisis membantu kita untuk tetap sehat secara jasmani dan mampu menerima kehendakNya secara rohani. Semakin kita mempunyai banyak waktu berdoa, kita akan semakin ‘merasa kehadiran Tuhan yang begitu dekat’. Dalam doa kita akan semakin menganal siapa kita, oleh karenanya doa akan semakin membantu kita menyadari diri kita sebagai ‘citra Allah’ dan mengajar kita bagaimana kita harus berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan.
Akhirnya doa adalah sarana yang paling efisien dalam menghadapi krisis. Karena dengan doa kita mampu berkontak dengan dunia rahmat. Jesus bersabda: “ Apapun yang kamu minta dalam doa, percayalah bahwa kamu akan menerimanya, dan semua akan menjadi milikmu” (Mark 11:24)

b. Iman
Apa yang kita butuhkan dalam waktu krisis adalah ‘mata iman’. Iman yang menyertai dan berjalan dalam perjuangan hidup manusia. Iman akan Allah yang terus mencipta dalam karya keselamatan. Ketika kita membiarkan Allah masuk dalam kehidupan kita, semua yang kita alami diubah dalam daya penyelamatan.
Lalu apa itu iman dalam saat krisis? Menurut Surat kepada umat Hibrani 11:30 iman adalah “kepenuhan segala yang diharapkan dan keyakinan dari segala yang tidak kelihatan’. St. Agustinus mengatakan bahwa “iman adalah percaya akan apa yang tidak kita lihat; dan hasil dari iman ini adalah melihat apa yang kita percaya’.
Iman mempunyai efek atau dampak yang begitu besar dalam perjuangan hidup seseorang. Hanya melalui imanlah Bunda Maria mampu menerima dan menjadi Ibu Tuhan. Hanya melalui imanlah orang sakit dan berdosa menikmati kegembiraan dari belas kasih Jesus. Hanya melalui imanlah para orang kudus mengatasi segala cobaan dan derita dan panasnya panah yang merajam tubuhnya dari kita yang menyiksanya.

c. Harapan
Harapan adalah percaya akan kemungkinan yang ada dalam situasi yang tidak mudah diperoleh dan diraih. Adanya pengharapan membawa kegembiraan bagi kita yang mengalami krisis. Harapan membantu kita untuk tetap yakin dalam segala hal bahwa Tuhan telah berjanji dan tidak pernah mengingkari janjiNya. Harapan membantu kita untuk melihat jauh melampau batas kematian kita dan membuat kita mampu melihat dunia kebangkitan.
Harapan membuat kita mempunyai masa depan dan berusaha untuk meraihnya. Harapan membuat manusia menjadi hidup dan tidak putus asa dan mati. Maka menimbulkan harapan pada saat krisis merupakan salah satu usaha menyelamatkan diri kita dari kehancuran.

Penutup
Dalam saat krisis, biasanya kita akan mengalami rasa ketakutan dan berusaha melarikan diri dari kenyataan. Hubungan dengan Tuhan menjadi terputus, bahkan banyak orang yang menjadi tidak mampu percaya kepada Allah. Kita menolak segala assumsi bahwa ada kebaikan akan terjadi dibalik krisis yang dialami. Bahkan lebih lagi orang akan mengalami keputuasaan kareha kehilangan harapan. Kita menyerah untuk melihat terang dibalik kegelapan yang sedang terjadi.
Oleh karena itu, menubuhkan doa, iman dan harapan menjadi unsur pokok dalam menghadapi krisis. Selain itu kita tidak bisa berbuat banyak menghadap situasi itu selain menerima situasi itu dengan tetap bertahan dalam semangat.
Pertanyaan refleksi, apa yang Tuhan kehendak dan ajarkan kepada saya dalam saat krisis ini akan membuat kita semakin menyadari bahwa krisis yang sedang kita alami menjadi sarana membangun diri dan bukan menghancurkan.
Akhirnya kita harus bertindak mengatasi situasi ini. Hanya kita tidak tahu dari mana dan bagaimana kita harus bertindak, oleh karenaitu kita membutuhkan bantuan Roh Kudus.


Teja Anthara scj
(disadur dari: An Introduction to Christian Spirituality: “Spirituality at the time of Crisis” by Fr. F. Antonisamy).

ANUGERAH ROH KUDUS

Saya juga merasa prihatin dengan berbagai macam manipulasi yang dibuat banyak orang berhubungan dengan anugerah Roh Kudus. Dengan mudah sekali kita mengatasnamakan suatu tidakan kita berdasarkan bisikan Roh Kudus yang saya terima dalam doa saya. Singkat saja, dari pengalaman retret itu saya menjadi sangat hati-hati dan tidak begitu mudah mengatakan bahwa ini adalah bisikan roh kudus atau apa istilahnya. Bahkan saya merasa semakin tidak pantas untuk menjadi tempat kehadirannya karena dosa dan tidakkan saya mungkin tidak menyenangkan Allah.
Dalam artikle ini saya akan sedikit menyampaikan apa yang dalam buku persiapkan untuk calon Baptis diterangkan mengenai Roh Kudus ini, dan tentunya saja hal ini tidak dimaksudkan memberi penjelasan rinci dan jelas. Tetapi minimal kita dibantu untuk memahami secara tepat akan pengaruh dari anugerah roh Kudus ini.

a. Pentakosta.
Setelah Jesus diangkat ke surga, pulang ke rumah Bapa, murid-muridNya tidak ditinggalkan sendiria seperti anak yatim piatu, tanpa teman dan pertolongan. Mereka diminta untuk tinggal di Jerusalem, sambil menunggu kedatangan Sang Penolong, Sang Penghibur (Paraclete) yang telah dijanjikan oleh Jesus; "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran (Yoh 14:16-17) Selanjutnya Jesus bersabda; "Aku akan mengirim kepadamu Apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:29)
Janji Jesus itu dipenuhi setelah sembilan hari lamanya para rasul beserta Maria, ibu Jesus menunggu sambil berdoa dengan rukun dan tekun (see Acts 1:12-14). Hari kedatangan Roh Kudus itu dinamakan Pentekosta, artinya hari yang ke lima puluh. Memang hari itu adalah hari yang kelima puluh dihitung dari saat kebangkitan Jesus.
Turunnya Roh Kudus oleh Lukas dilukiskan seperti bunyi tiupan angin keras dan seperti lidah-lidah api yang bertebaran dan menghinggapi para murid. Roh Kudus itu memenuhi dan memancar dari mereka. Itulah saat mereka dibaptis dengan Roh Kudus, yang memberi keberanian dan kekuatan baru kepada para rasul, sehingga dengan segera mereka memberikan kesaksian tentang Jesus Kristus yang dibunuh di salib dan dibangkitan dari mati itu (Kis 2:1-13)

b. Anugerah Roh Kudus.
Oleh karena Roh Kudus itu para rasul berbicar dengan pelbagai bahasa. Mereka juga bernubuat dan menyembuhkan orang. Itulah yang seringkali disebut anugerah-anugerah Roh Kudus yang "luar biasa" (1Kor 12:4-11)
Roh Kudus juga memberikan anugerah-anugerah yang 'biasa' kepada para rasul. Anugerah-anugerah yang biasa itulahh yang paling penting dan sampai sekarang masih diberikan kepada kita: Contoh dari anugerah Roh Kudus yang masih dikaruniakan kepada kita seperti dikatakan oleh Paulus:h "Buah-buah roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23) Karena anagerah ini terus dikaruniakan kepada kita, maka Paulus menganjutkan supaya kita tetap menghidupkan semangat Roh Kudus itu menjadi semangat hidup kita; "Jangan padamkan Roh" (1Tes 5:19) Tetapi 'Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-kkarunia Roh" (1Kor 14:1) Paulus mengharapkan karena tidak mudah membedakan antara pakah itu pengaruh roh jahat dan roh Kudus yang merasukki hidup kita maka ia menegaskan dan menasehati supaya kita bertindak lebih waspada dan kritis terhadapnya "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik" (1Tes 5:21).
Dari pernyataan diatas ini sebenarnya kita bisa dibantu untuk menilai berbagai macam gerakan Roh yang terjadi dalam diri dan sekitar kita selama ini. Karena roh memang tidak kelihatan, maka dengan mudah sekali orang akan mengatakan dan bernubuat atas nama roh itu. Maka saya setuju dengan mas Noordin yang mengatakan hati-hatilah dengan kuasa Roh ini, jangan merendahkan dan dengan mudah menggunakan namanya tanpa hormat dan hikmat. Dan serba tidak ada kepastian yang pasti, yang paling dapat kita lihat bahwa roh sedang bekerja itu roh jahat atau roh Kudus adalah buah-buahnya. Ini bahaya yang paling besar dialami oleh kita yang kurang waspada terhadap pengaruh dan buahnya karena dengan mudah sekali orang akan jatuh dalam kesombongan rohani, merasa dirinya dikuasai oleh Roh Kudus dan menerima anugerah khusus ini. Jangan mudah ditipu oleh Iblis, dia pun juga Roh yang lebih tahu dari manusia. Ingat!! siapa yang lebih dahulu mengenal Jesus sebagai Messiah, bukan para murid tetapi iblis, bahkan dengan lihai sekali dan hafal mengutip alkitab untuk menggodai Jesus. Maka Paulus menegaskan "ujilah itu". St. Iganatius mengajar banyak sekali dalam hal ini, dan untuk bisa 'membedakan roh' dituntut latihan rohani yang ketat dan berat, tidak hanya semalam berdoa lalu mendapat pencerahan Roh, tetapi menuntut berbagai macam kesadaran dan kepekaan.

c.Anugerah yang paling besar.
Bila ada orang yang sungguh menerima anugerah roh "yang luar biasa" berbahagialah orang itu, walaupun tetap harus waspada, karena itu sungguh karunia khusus, saya juga tidak tahu dengan anugerah khusus yang 'dijual' itu. Namun bagi Paulus, semua itu tidaklah penting untuk jaman kita sekarang, kita tidak sangat mendesak membutuhkan karunia 'luar biasa' itu. Kemajuan jaman dan pola pikir manusia, yang adalah bagian dari rencana keselamatan Allah, telah memampukan manusia untuk mengatasi masalah yang dulu hanya bisa diatasi oleh kuasa rahmat 'luar biasa' itu. Paulus menekankan mana anugerah yang harus mendapat perhatian khusus, yang harus dikejar dan dipegang diantara jemaat atau umat beriman ini. Paulus menyatakan yang paling penting kita perlukan sekarang ini adalah anugerah "kasih". Dalam "Madah Cinta kasih" dikatakan:

Kasih itu sabar;
kasih itu murah hati,
ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri
Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka-cita karena ketidakadilan,
tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu,
mengharapan sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih itu tidak berkesudahan;
nubuat akan berakhir;
bahasa roh akan berhenti;
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap
dan nubuat kita tidak sempurna.
Tetapi jika yang sempurna tiba,
maka yang tidak sempurna akan lenyap.
Ketika aku kanak-kanak,
aku berkata seperti kanak-kanak,
aku merasa seperti kanak-kanak,
Sekarang sesudah aku menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin
suatu gambaran yang samar-samar,
tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna,
seperti aku sendiri dikenal
Demikianlah tinggal ketiga hal ini,
yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan paling besar di antaranya adalah kasih (1Kor 13:4-13)

Saya sengaja mengutip seluruh isi dari surat Paulus ini, karena ada yang menarik untuk kita perhatian. Kalau selama ini ada rekan netter yang berkesimpulan bahwa pertanyaan yang diajukan dalam treat "tanya" itu childish dan masih banyak lagi istilah yang digunakan, sebenarnya bukan tanpa alasan. Lihat apa yang dikatakan oleh Paulus, kalau kita hanya berpikir hal-hal yang nampak mengagumkan dan yang memuaskan emosi kita, sepertinya kita juga masih berpikir seperti kanak-kanak itu. Kedewasaan iman kristiani bagi Paulus, kalau orang sudah sampai pada taraf bahwa kasih menjadi dasar seluruh hidupnya, dan kasih itu sendir adalah 'anugerah roh kudus yang paling besar'. Maka kita bisa lebih mengerti mengapa Jesus sampai mengatakan bahwa "tiada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya' Kita tahu apa orang itu, hanyalah Jesus sendiri, maka dia adalah the compassion of God. Dan dari situ kita bisa menarik kesimpulan bahwa Roh Kudus itu tidak lain adalah Roh Jesus sendiri, yang menjadi penolong kita untuk memahami Dia lebih jelas dan terang. Dialah Roh Penolong yang datang untuk menggantikan kehadiran Jesus yang tidak kasad mata lagi. Dengan kehadiran roh Kudus inilah kita sekarang ini menjadi lebih akrab dengan Jesus, karena kita semakin memahami dan mengertai apa yang telah Dia ajarkan dulu dan juga yang akan datang. Membantu kita untuk lebih mengasihiNya.
Salam dan doa
MoTe

“MENGHADAPI PENCOBAAN”

Beberapa waktu dalam polemik di internet ada beberapa teman yang mengajukan masalah mengenai 'pencobaan' atau 'temptation'. Dalam atikel pendek ini saya ingin mencoba untuk mengulas sedikit mengenai pencobaan, dari mana datangnya pencobaan, bagi mana fase perkembangannya dan bagaimana kita menghadapi pencobaan dan mengatasinya. Semoga tulisan ini berguna bagi teman-teman sekalin untuk semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya. Semakin menjadi orang Kristern yang tangguh, tanggap serta tabah dalam menghadapi segala tantangan pencobaan. Dan terlebih supaya kita tetap setia menjadi murid Kristus yang sejati.

1. Arti Pencobaan.
Pencobaan adalah suatu kencederungan atau suatu dorongan untuk melakukan kejahatan. Hal ini datang dari 'musuh' jiwa kita. Menurut para ahli spiritualitas, musuh jiwa adalah iblis, dunia dan nafsu daging. Sedangkan kejahatan dalam arti ini adalah segala sesuatu yang bukan 'belas kasih dan cinta', kektidaan kebenaran dan segala sesuatu yang datang dari egoisme pribadi, kebohongan dan kejahatan pribadi.

2. Mengapa Pencobaan Terjadi
Banyak orang yang beranggapan bahwa pencobaan itu datang dari Tuhan, sebenarnya anggapan ini tidak tepat. Pencobaan tidak pernah datang dari Tuhan. Pencobaan datang dari 'musuh rohani' kita yang terus menerus menggoda kita supaya jatuh dalam kuasanya. Namun demikian sepertinya Tuhan membiarkan godaan ini mencobai kita. Mengapa demikian? Secara umum bisa dikatakan bahwa dengan menghadapi godaan dan pencobaan akan membuat manusia semakin mencintai Tuhan dengan penuh kasih dan berusaha terus menerus menolak godaan dengan penuh semangat. Kata bijak mengatakan, bahwa emas itu akan semakin menjadi murni bila dibakar dalam tanur api yang panas, demikian pula kiranya dengan jiwa kita, akan semakin murni dan dewasa bila dilumat dalam pencobaan dan godaan hidup di dunia ini.
Dalam Kitab Suci dikatakan: "Anakku, bila engkau menghadap Tuhan, siapkan jiwamu dari pencobaan". Karena musuh jiwamu cemberu kepada Tuhan dan tidak akan membiarkan engkau menghadapNya. Mereka akan melakukan segala usaha untuk menarikmu dari Tuhan. Dan ini akan memberikan penghiburan bagi Tuhan, karena Ia melihatmu berperang melawan kejahatan demi keluhuran dan kesetiaanmu kepadaNya. Mengapa Tuhan tidak mengambil pencobaan darimu? Mengapa Ia membiarkan kita menghadapinya seorang diri. Kalau Ia mencintai kita, bukankan Ia juga harus melindungi kita dari kecenderungan berbuat jahat ini? Thomas a Kempis mengatakan, bahwa musuh yang paling bahaya dan berat itu adalah diri kita sendiri. Karena musuh ini kita ini tidak kelihatan, dan orang lain pun tidak tahu, kita berperang sendiria melawannya. Ini adalah perang jiwa, ini perang antara kejahatan dan kebaikan. Dan perang ini terjadi dalam tubuh jiwa manusia.
Dicobai adalah alami dan manusiawi. Inilah esensi manusia bahwa hidupnya dicobai dan digodai. Inilah hakekat rahmat kebebasan yang Tuhan telah karuniakan kepada setiap pribadi manusia. Dan Tuhan tidak akan menarik kembali kebebasan manusia dalam menentukan hidupnya. Pencobaan adalah saat dimana manusia menentukan kebebasannya, apakah dia akan tetap setia pada Tuhan, atau mengikuti kehendak dirinya untuk mengikuti kehendak Iblis. Walaupun Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk menentukan pilihan, namun Tuhan tidak membiarkan kita sendirian, dia selalu menyertai dan memampukan kita untuk menghadapi kekuatan kejahatan dan membawa kita kejalan kebenaran. Ini semua tergantung pada kita, kepada tanggapan kita, apakah kita akan mengikuti kehendan RahmatNya. Ini berat, ini adalah suatu tantangan dan panggilan, pilihan bebas Tuhan.
Walaupun sepertinya Tuhan membiarkan kita sendirian, namun jangan merasa 'discourge dan dejected', jangan kehilangan semangat dan putus asa. Bagaimana pun kita harus menghadapi tantangan godaan ini. Godaan membuat kita sadar bahwa kita ini ciptaan, bahwa kita ini manusia yang mempunyai kebebasan untuk memilih, namun juga membuat kita semakin sadar bahwa kita juga seperti Kristus, yang akhirnya memilih kebebasan sejati anak Allah dengan menghikuti kehendanNya.

3. Fase Godaan atau Pencobaan
Ada tiga fase berbeda dalam godaan, yakni 'suggestion, pleasure dan consent'.
Pertama adalah 'suggestion' atau suatu 'bisikan' dalam hati yang menganjurkan kita untuk melakukan kejahatan. Apapan bentuknya dari bisikan, ini belum merupakan dosa, namun semacam suatu 'concupisiansi' atau suatu kecenderungan kearah dosa. Bila bisikan ini ditindak-lanjutin dan dinyatakan dalam tindakkan, maka akan menjadi dosa. Pemeriksaan batin akan membantu kita untuk mematikan 'bisikan' ini, karena ada pertimbangan kebaikan lain yang lebih kuat untuk bisa dipilih.
Kedua adalah 'pleasure' ini adalah suatu kecenderungan diri untuk mengikuti 'kesenangan'. Baik itu kesenangan rohani, dalam arti yang sangat negatif, misalnya 'berdoa' hanya demi kepuasan batin, bukan memuji Tuhan, maupun kenikmatan jasmani yang biasanya terwujud dalam bentuk kepuasaan sesaat. St. Fransiskus de Sales mengatakan: "berkali-kali hal ini terjadi, bahwa jiwa kita mengalami suatu kenikmatan dalam godaan, tanpa disadari, namun sebenarnya ini bertentangan dengan kedalam jiwa kita". Walaupun dari dalam dirinya sendiri 'pleasure' itu bahaya bagi jiwa, namun semua ini belum menjadi 'dosa', bila tidak terwujud dalam tindakan kongkrit. Masih berupa angan-angan jiwa, yang bisa mendorong manusia untuk melakukannya. Namun membuat jiwa menjadi tidak tentram, Jesus mengatakan sebagai 'jinah batin'. dalam hal memandang perempuan dengan penuh nafsu untuk mengingini.
Yang ketiga adalah 'consent'. Ini berarti bahwa kita membiarkan adanya godaan, adanya kecenderungan kearah kejahatan dalam hati, dan membiarkan itu terjadi dalam diri kita, bahkan mungkin kita menyetuinya dengan diam-diam. Bila tidak ada usaha untuk mengatasi 'consent', maka dosa menjadi semakin dekat. Kejahatan akan menjadi wujudnya dalam tindakan. Namun bila kita mulai meragukan dan memikirkannya, maka kita dalam keadaan 'not consented'. Karena kita tidak menyetui, melakan kita mengujinya kembali kearah pemurnian.

4. Bagaimana menghadapi pencobaan
Ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menghadapi pencobaan.
Pertama adalah dengan menghindari segala kesempatan yang membawa kita kedalam pencobaan. Dalam hal ini kita harus sadar titik kelemahan kita, karena iblis selalu menunggu kita berada dalam titik lemah untuk menyerangnya. Sadarilah dan perhatikan gejolak jiwa kita, dimana kita sungguh mengalami perasaan letih lesu dan lemah, karena justru dalam situasi seperti itulah kita dihadapan pada perang jiwa yang paling berat. Thomas a Kempis mengatakan bahwa musuh yang paling berat adalah diri kita, jiwa kita. Karena musuh ini adalah musuh yang tidak kelihatan, mereka berperang sendirian dalam diri kita. Dan terjadi justru dikala kita dalam keadaan lemah dan tak bersemangat.
Kedua adalah hadapi pencobaan dengan tenang dan sabar. St. Fransiskus dari Sales menasehati kita; ' meskipun pencobaan kearah kejahatan dan dosa tidak akan pernah berhenti dalam hidup kita, namun hal ini tidak akan membuat kita kehilangan rahmat Ilahi, bila kita memang tidak menikmatinya dan tidak menyetujinya. Terutama karena kita tidak pernah mewujudkan godaan itu dalam tindakan, namun demikian kita mengakui bahwa pencobaan membuat kita 'sengsara'. St. Paulus juga mengalami kesengsaraan karena godaan yang dialami, sampai dia merasa tidak mampu menyenangkan Tuhan, namun demikian dia tetap mampu memuliakan Tuhan karena menerima penderitaan itu dengan penuh kesabaran'.
Ketiga adalah 'menolak' secara tegas setiap godaan atau pencobaan yang datang dalam diri kita. Bagaimana kita harus menolaknya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1. Tidak pernah membiarkan 'pikiran jahat' muncul, tumbuh dan berkembang dalam diri kita. Hancurkan 'musuh jiwa' dikala dia masih lemah, tolak sejak awal semasa kita masih mampu menguasainya.
2. Sebagaiman seorang anak kecil yang selalu lari kepangkuan ibunya untuk memohon perlindungan dikala dia merasa terancam dan dalam bahaya, demikianlah sikap rohani kita. Kita harus selalu lari kepada Bapa dan Bunda Maria untuk memohon perlindungan ketika kita mengalami bahaya. Bukankah kita yakin bahwa setiap orang yang lari mohon perlindungan kepadaNya tidak akan pernah dikecewakan?
Kiranya cukup sekian dulu refleksi singkat. Semoga membantu kita semua untuk tetap tabah dan tangguh menghadapi cobaan yang kadang kala begitu berat dalam hidup di dunia penuh dosa ini. Semoga dengan kesetiaan diri dan bantuan rahmatNya, kita tetap mampu menjadi muridNya yang setia. Mampu menjadi garam dan terang ditengah masyarakat yang korup dan kehilangan martabat harga diri ini. Amin.


V. Teja Anthara SCJ
Kerala - India.

'KESOMBONGAN ROHANI, MUNGKINKAH?'

1. Pengantar
Dalam acara harian dikomunitas, bacaan rohani adalah salah satu sarana bagi para calon religious untuk menumbuh kembangkan kehidupan rohani. Akhir-akhir ini saya membaca kembali buku rohani klasik yang menjadi salah satu kekayaan rohani Gereja. Buku itu tidak lain adalah 'Dark Nigh of the Soul' salah satu karya besar dan klasik St. Yohanes dari Salib yang mendapat gelar sebagai 'doctor of the Chruch'. Satu hal yang ingin saya sharing disini adalah, apa yang disebut ketikda- sempurnaan rohani, atau 'imperfection' yang bisa mengarah pada 'kesombongan rohani'. Sangat menarik dalam buku itu adalah, walaupun buku ini telah ditulis pada abad pertengahan, namun menelusuri kembali 'kondisi' yang disebut ketidak-sempurnaan rohani, tertanyata situasi dan kondisinya 'hampir sama' dengan situasi masa sekarang. Semoga saduran buku ini membantu kita untuk mengukur kembali 'kedewasaan rohani kita'. Atau juga bisa menjadi semacam tolok ukur untuk melihat kemana arah perkembangan rohani saya. Dengan kata lain, apakah sikap kesombongan rohani itu masih dominan dalam kehidupan rohani saya atau tidak. Atau ini kondisi yang harus membawa saya pada 'dark night of my soul', sehingga saya semakin berkembang dan menemukan 'perfection' kehidupan rohani saya. Mungkin banyak tulisan telah anda baca mengenai kesombongan rohani, seandainya demikian, semoga renungan ini semakin menambah wawasan anda.

2.Ketidak-sempurnaan rohani
Menurut St. Johanes dari salib, para pemula, atau orang yang baru sadar akan kehidupan rohani, dan ingin berkembang dalam kehidupan rohani, biasanya akan mengalami 'semangat yang luar biasa, tekun dalam hal-hal yang bersifat rohani dan giat menjalankan latihan-latihan rohani' Mereka merasakan kepuasan yang luar biasa dan bangga atas segala usaha-usaha yang mereka lakukan. Mereka mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk selalu berbicara hal-hal rohani kepada sesamanya. Mereka akan merasa sangat kesal dalam hatinya melihat sesamanya yang tidak melakukan seperti apa yang dia lakukan. Bahkan seringkali mereka akan bersikap seperti Farisi yang menyombongkan dirinya, memuji Tuhan atas perbuatannya yang baik dan merendahkan yang lain.
Dalam diri mereka, roh jahat kan terus mengganggu supaya orang ini mengungkapkan segalanya ini, sehingga dirinya akan semakin bangga dan dipuji. Roh jahat tahu persis bahwa dengan melakukan hal demikian, mereka akan mendapatkan kepuasan diri, tetapi semuanya menjadi tidak berarti, karena akhirnya hanya berpusat pada diri sedirinya.
Sering terjadi, bila bapa rohani, atau sesamanya tidak setuju atau memberi kritik terhadap praktek rohani yang ia lakukan, ia akan merasa bahwa orang lain tidak memahami dirinya. Karena mereka tidak mendukung apa yang sedang dia lakukan. Lalu dia akan mencari orang lain yang sesuai dengan seleranya. Karena yang ia harapan adalah pujian, pengakuan dan penghargaan terhadap apa yang telah dia lakukan. Hatinya gelisah, karena ia ingin supaya orang lain menyadari dan mengakui betapa dia begitu 'spiritual and devout'. Karena kegelisahan hatinya, yakni supaya kehidupan rohaninya yang dalam ini diakui oleh orang lain, maka dia akan semakin melakukannya mati raga yang lebih berat. Mereka akan sangat berbahagia bila orang lain menerima, mengakui dan memujinya.
Tanda lain dari 'ketidak-dewasaan rohani' dalam proses ini adalah, bahwa orang yang demikian ini, akan sangat bahagia bila dia menjadi 'orang yang dikagumi' baik oleh bapa rohani atau sesamanya, dan dia akan sangat cepat sekali akrab dengan mereka. Dalam hal pengakuan, orang ini akan mengakui dosanya secara terbuka sampai yang sekecil-kecilnya. Kadangkal dia akan mencari bapa pengakuan lain untuk mengakui hal-hal yang tidak baik yang telah dia perbuat. Sehingga dihadapan romo yang dekat dengannya, yang dikatakan hanyalah hal-hal yang baik-baik saja. Dia akan terus berusaha untuk tidak melakukan dosa besar. Dan bila dia merasa melakukan dosa yang besar, maka dia akan merasakan kesedihan yang berlebihan. Karena dia sudah berangan-angan bahwa diri sudah menjadi orang suci. Maka dia menjadi marah dan tidak sabar terhadap dirinya sendiri. Seringkali dia memohon dengan sangat kepada Tuhan, supaya Tuhan mengambil daripadanya segala kejahatan, kesalahan dan kelemahamannya. Tujuannya adalah supaya dia sendiri mengalami kedamaian, dan tidak diganggu olehnya. Jadi bukan karena demi Tuhan, tetapi demi kepentingan dirinya sendiri. Namun dirinya sedniri tidak pernah menyadari hal ini. Orang ini tidak pernah memuji orang lain, tetapi sebaliknya dia sangat suka dipuji, bahkan seringkali dia mencari-cari cara supaya dipuji.

3. Awal menuju kesempurnaan.
Dari situasi ketidak-sempurnaan ini, ada beberapa jiwa yang akhirnya berkembang menuju kedewasaan rohani. Namun banyak sekali yang mengalami kekecewaan dan kesedihan luar biasa karena mereka gagal berkembang. Mereka harus bekerja berat mengatasi kelemahan dirinya ini. Karena mereka harus berani melukai diri dan meninggalkan segala 'kesenangan pribadinya'. St. Johanes mengatakan lebih banyak orang yang jatuh dan salah arah, dari pada mereka yang berkembang. Untuk sampai pada kesempuranaan hidup rohani, orang yang demikian harus mengalami proses 'dark night of the soul'. Satu sikap yang paling utama untuk bisa berkembang mengatasi situasi ini adalah 'humilitiy'. Yakni keberanian diri merendahkan hati dan menghilangkan segala kecenderungan dan keinginan demi kepuasan pribadi. Selain itu orang ini harus berani mengakui diri bahwa orang lain lebih baik dari dirinya sendiri. Selain itu menembuhkan terus menerus keinginan untuk melayani Tuhan dan melakukan kehendakNya. Semakin banyak keinginan untuk melakukan semua ini, semakin berkembanglah dia dalam sikap 'kerendahan hati'. Dalam kerendahan hati ini dia ia akan semakin merasa betapa Tuhan telah memanjakan dia, dan melakukan banyak hal yang diinginkan, melebih apa yang telah di lakukan demi dan bagi Tuhan. Keinginan hatinya adalah mencintai Tuhan dan berbuat baik bagi sesama. Dia selalu merasa dirinya bukanlah apa-apa, orang lain lebih baik dari dirinya. Seandainya orang lain memuji dan menghormati dia, dia akan melihatnya sebagai hal yang tidak pantas dan layak bagi dirinya, semua itu hanyalah bagi Tuhan semata.
Bersamaan berkembangnya sikap 'humility' ini, kerinduan jiwanya adalah belajar dan belajar terus dari orang lain, sehingga dia mendapat keuntungan bagi perkembangan rohani dirinya. Sikap ini adalah sikap kebalikan dari kesombongan rohani, yang selalu ingin mengajar orang lain supaya mengikuti apa yang dilakukan. Dia akan sangat bahagia bila orang lain dipuji. Kesedihan hatinya adalah bahwa dia tidak bisa melayani Tuhan seperti yang mereka lakukan. Dia tidak pernah berbicara menyombongkan apa yang telah dilakukan, karena dia merasa malu dan belum melakukan apa-apa. Dia gelisah bila berbicara soal dosa dan kesalahanannya. Dia juga merasa bahwa hidup rohaninya masih belum apa-apa, masih jauh dari sempurna. Dan inilah ciri-ciri khas jiwa yang sederhana, murni, sejati dan yang menyenangkan Tuhan. Karena dalam jiwa yang bijak dan sederhana, Tuhan berdiam dan menetap. Jiwanya terus berkembang, dan menyimpan segala kebesaran jiwa yang dimiliki dalam hatinya yang paling dalam. Dengan demikian menolak segala pengaruh roh jahat yang mengganggunya. Tuhan akan terus melimpahkan berkat dan rahmatNya.
Dari sini kita bisa mengukur, tetapi juga bebas bertindak. Mau tetap mempertahankan yang pertama, akhirnya mandeg dalam perkembangan rohani kita, dan akhirnya jatuh dalam kesombongan rohani. Atau saya berani melihat bahwa ketidaksempurnaan itu merupakan awal untuk menuju kesempurnaan, dengan syarat berani merendahkan diri.
salam dan doa
MoTe

Friday, February 24, 2006

"MENDENGARKAN SUARA JATI DIRI"


Dalam tulisan saya sebelumnya, saya telah menyampaikan pentingnya 'hening diri'. Dalam tulisan berikut ini saya ingin sedikit sharing mengenai bagaimana dalam keheningkan diri ini kita dimampukan untuk mendengarkan suara jati diri kita dari kehidupan batin kita yang terdalam. Satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa kita harus melakukan hening diri ini setiap hari, sehingga kepekaan kita untuk mendengarkan 'jati diri atau inner self' menjadi terlatih. Ada tiga hal pokok yang menjadi keuntungan dalam hening diri. Pertama bahwa kita dimampukan untuk melihat 'pribadi' kita sebagaimana kita lihat dalam diri kita. Kedua dimampukan untuk melihat 'orang lain' secara 'benar' melalui diri kita. Ketiga adalah bahwa kita dimampukan untuk melihat 'the real self atau jati diri' kita sebagai karunia Tuhan, sebagai citra Allah. Dan disinilah sebenarnya yang harus menjadi pusat kehidupan kita.
Dalam kaitannya dengan 'olah rohani atau olah batin' hal yang ketiga inilah yang harus kita latih untuk didengarkan. Mungkinkah hal demikian dilakukan dan dilatih? Apakah itu mungkin mendengarkan suara batin atau 'jati diri' kita? Jawabannya adalah 'mungkin' bila kita melakukan beberapa langkah berikut ini.

1. Langkah utama dan pertama harus dilakukan adalah bahwa kita menyediakan waktu, mempunyai niat dan kemampuan untuk melakukan latihan ini. Motivasi ini perlu, karena tanpa adanya dorong dan keinginan pribadi hal demikian tidak akan terjadi. Terlebih bagi kita yang sudah terlalu capek dan lelah dengan kerja yang kita lakukan. Kecapekan kerja membuat kita 'malas' melakukan apa-apa kecuali istirahat dan tidur.

2. Duduk tenang; memejamkan mata, tidak berpikir apa-apa kecuali 'absultely silent' atau hening diri total.
Spiritualist mengatakan bahwa keheningan diri, hening batin, atau silent adalah teleskop hidup rohani kita yang memampukan menelusuri dunia batin kehidupan rohani kita. Hal ini membuat kita mampu melihat 'apa' yang tidak bisa kita lihat dengan indra mata kita. Kehingan diri atau batin adalah juga semacam 'space shuttle' yang mampu membawa diri kita terbang dan masuk dalam dunia batin dan bertemu dengan jati diri kita, dan mengatakan 'siapa diri kita sebenarnya'.
Kehingan diri itu seperti kamera yang memampukan untuk mengambil detil gambar kehidupan batin dan jiwa kita. Maka ketika kita duduk tenang, kesadaran kita berfungsi seperti operator yang membawa kita lewat lensa keheningan mengenal siapa diri kita yang sebenarnya.

3. Hilangkan atau bersihkan segala pikiran dari otak kita. Kosongkan diri kita dan hanya mefokuskan perhatian pada 'inner being, dunia batin atau jiwa' kita.

4. Percaya dan yakinlah bahwa Tuhan hidup dan tinggal dalam diri kita.
Dalam surat I Yoh 3:24 dikatakan "Barang siapa menuruti segala perintahNya, ia didalam Allah dan Allah didalam Dia". Apakah 'keuntungan' yang bisa kita dapat menyakini dan percaya bahwa Allah tinggal didalam kita? Ada empat effek yang merupakan 'keuntungannya'. Pertama adalah kita akan 'merasa lebih kuat'. Hal ini benar adanya, siapa pun akan merasa dirinya lebih kuat bila kita berada bersama dengan orang yang lebih kuat dari kita. Ketika menyakini bahwa Tuhan berada dan tinggal bersama kita, kita akan dikuatkan untuk menghadapi segala bahaya dan kesulitan dalam hidup kita. Karena kita tidak merasa sendirian, kita merasa bahwa ada 'kekuatan lain' yang melindungi, memimpin dan mengarahkan hidup kita. Keyakinan ini, menuruf refleksi saya sangat lemah diantara orang-orang modern sekarang ini. Mereka merasa dirinya kuat dan tidak membutuhkan siapa-siapa. Bahkan banyak orang yang salah arah, mereka mengisi dirinya dengan berbagai macam kekuatan yang tidak berasal dari Allah. Sementara bila kita yakin, tidak ada kekuatan apapun yang mampu mematahkan dan mengalahkan kita bila Allah berada, bersama dan tinggal bersama kita. Namun kesadaran ini justru tidak dimiliki oleh banyak orang modern jaman sekarang.
Effek yang kedua menyakini Tuhan hidup dalam kita adalah bahwa kita 'akan berbuah banyak'. Dalam Johanes 15:4-5 Jesus mengatakan: "Tinggalah didalam Aku dan Aku didalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jika tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab diluar Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa". Sabda Jesus disini sudah jelas. Makna dari 'berbuah banyak' bisa ditafsirkan sesuai dengan kontek relasi dengan Allah sebagai sumber segalanya.
Keuntungan yang ketiga adalah membuat kita kuat dan teguh dalam menjalani panggilan hidup kita. Sebagai Nabi Jeremia katakan "Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda. Tetapi Tuhan berkata kepadaku: ".....sesungguhnya Aku menyertai engkau...". Apapun alasan manusia, kalau itu hanya bersumber pada kelemahan pribadi bukanlah alasan untuk menolak kehendak Tuhan. Tuhan akan memberikan segalanya yang dibutuhkan. Bukankah Jeremia yang semula mengeluh bahwa dia tidak pandai berbicara, menjadi seorang nabi yang diberi gelar 'berlidah api'? Semua itu karena Tuhan yang menyertainya.
Keuntungan yang keempat adalah bahwa kita tidak pernah akan membiarkan diri kita mengalami 'kesepian, kesendirian, kehampaan dan kehilangan arti dalam hidup. Karena hidup dalam Tuhan adalah hidup yang selalu penuh arti dan kebahagiaan.

5. Langkah berikutnya adalah 'mendengarkan suara Tuhan'. Apakah Tuhan akan berbicara kepada kita, bagaimana cara Tuhan berbicara? Tentu saja cara Tuhan berbicara bukan seperti kita berbicara dengan sesama kita. Menurut para ahli dan orang suci Tuhan selalu berbicara melalui perasaan hati kita suci dan suara pikiran kita yang jernih. Disinilah kita akan banyak menemukan Tuhan yang terwujud dalam 'compassion and wisdom' tindakan kita.

6. Hasil dari semua ini, kita akan rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak hidup hanya mengandalkan diri kita sendiri, melainkan hidup kita akan selalu dibawah bimbingan dan tuntutan Roh Kudus. Hidup kita menjadi semakin bermakna dan pantas, yakni selalu berusaha menjawab panggilan Tuhan, dipanggil untuk melayani dan mencintai sesama dan dunia, sebagaimana Tuhan telah mencintai kita lebih dulu. Dengan kata lain, kita semakin mengenal 'jati diri' kita bila kita semakin mampu mencintai sesama kita tanpa pandang muka. Karena Tuhan yang kita kenal dan kita yakini adalah Tuhan yang mencintai semua orang, yang mengenal kita secara pribadi dan yang ingin selalu menyertai kita umat yang dicintaiNya.

Akhirnya saya mengatakan bahwa olah rohani, atau olah batin ini bukanlah hal yang sulit dan baru bagi kita. Saya merasa bahwa kita semua bisa menjalankan dengan mudah dan tanpa kesulitan. Masalah yang paling utama yang kita hadapi dan kiranya ini akan menjadi penghalang yang paling besar adalah 'adakah kita mempunyai waktu dan mau mencobanya?"
Silahkan mencobanya, anda akan mengalami perbedaan hidup setelah mengolah batin anda dengan cara ini.

Salam dan doa
MoTe van Kerala

“PENTINGNYA HENING DIRI”


Banyak diantara tidak mampu hidup dalam keheningan. Sebenarnya, dalam keheningan diri ini kita dimampukan untuk bertemu dengan 'jati diri' kita sebagai 'citra' Allah. Dan banyak orang justru takut untuk bertemu 'jati dirinya'. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh dunia yang jauh dari nilai-nilai moral dan spiritual hakekat jati diri manusia. Bila kita melihat bagaimana 'orang modern' hidup didunia, kita berani mengatakan bahwa 'keheningan' atau juga disebut 'meditasi' adalah mutlak penting bagi mereka yang ingin kembali menemukan dirinya 'hutan dunia' yang semakin materialistis.
Seorang spiritualist, menyampaikan hasil refleksinya bahwa orang-orang jaman modern sekarang ini hidup dalam dunia yang serba 'instant' cepat, praktis dan sukses. Dia mengatakan tidak ada seorang pun yang 'berjalan'. Mereka semua 'berlari' mengajar waktu, karier, sukses, sehingga tidak mempunyai 'waktu' bahkan untuk menyebutkan nama lengkap nama anaknya dan temannya pun tidak sempat.
Apa yang menjadi arah hidupnya adalah kerja dan uang. Orang modern semakin mengabaikan dan bahkan menghancurkan pentingnya 'keheningan' dan menggatikannya dengan kebisingan suara. Maka tidak mengherankan bila kedalam hidup rohani atau jiwanya menjadi kosong. Semua serba 'external dan superfisial'; semua hanya di bibir dan dimulut, tidak pernah sampai dihati. Mereka tidak mempunyai lagi kesempatan untuk bersentuhan dengan hal-hal rohani, menyadari panggilan hidupnya sebagai citra dan gambaran Allah. Ukuran keutamaan seseorang tidak lagi diukur oleh 'bijaknya jiwa dan luasnya kasih' tetapi keberhasilan superfisial yang bisa dilihat dengan kasat mata. Kitab kebijaksanaan mengatakan: "A parishable body weighs down the soul and this earthly tent burdens the thoughtful mind", telah menjadi kenyatan. Banyak orang modern yang dibebani oleh berbagai tawaran dunia yang menggiurkan dan juga berbagai macam penyakit yang tidak ada obatnya. Selain itu orang modern juga menderita berbagai macam 'distraction' atau kekecauan hidup. Mereka tidak pernah puas dengan apa yang mereka punyai dan miliki. Mereka tidak lagi puas dengan 'manna', tetapi mereka haus akan 'meat', sehingga mereka menderita ketidakpuasan lahir dan batin.
Banyak negara yang menjadi rakus, haus dan cemburu serta saling curiga terhadap negara yang lain, menggemborkan perang dari pada damai. Sungguh akhirnya orang modern kehilangan 'rasa damai'; selalu merasa diteror oleh kejahatan dan perang.
Adakah 'sesuatu' yang bisa menolong orang modern menemukan kembali 'nikmat damai di hati dan jiwa' dari dunia yang bising dan kacau. Jawaban singkat adalah kembali ke 'citra diri' sebagai ciptaan Allah. Dan itu dimungkinkan dengan kembali kepada "keheningan batin". Disitulah 'damai sejati' itu ditemukan, tidak perlu dicari kemana-mana sampai diujung dunia, tetapi hanya perlu disadari kehadirannya dan dihayati rasanya. 'Meditasi' adalah jalan yang ditawarkan.
Mendengar kata meditasi, terbayang dalam pikiran kita berbagai hal yang berat. Rasanya tidak mungkin dilaksanakan oleh seorang awam yang sibuk dengan kerja dan kurang waktu. Sebenarnya bayangan itu tidak perlu terjadi, bila kita tahu apa 'arti meditasi' yang sebenarnya. Karena meditasi tidak sama dengan 'metode' atau 'yoga'. Dari arti katanya 'meditasi' dimengerti sebagai 'sarana -means' yang digunakan untuk menciptakan atmosper atau suasana hening dimana seseorang yang sedang bermeditasi membiarkan Tuhan memberi inspirasi atau mampu mendengarkan apa yang Tuhan katakan dari dalam jiwanya. Dalam kontek ini meditasi tidak lain adalah 'an act of knowing who we are' atau kata lain 'suatu aktifitas untuk memahami dan mengetahui siapa diri kita.
Unsur pokok yang diperlukan untuk bisa bermeditasi adalah 'keinginan untuk mau bermeditasi, mencari waktu yang tepat untuk bermeditasi, duduk tenang selama meditasi, menjaga kesunyian dan keheningan selama meditasi'. Inilah unsur pokok yang penting dalam meditasi. Kalau keempat unsur pokok ini tidak ada, maka meditasi menjadi hal yang mustahil.
Sebagai tawaran bahwa meditasi tidak perlu harus menggunakan metode tertentu, tetapi setiap orang bisa melakukannya, dibawah saya sampaikan beberapa langkah yang perlu untuk bisa bermeditasi.
Pertama-tama adalah ambil posisi duduk yang paling nyaman dan enak. Mau duduk dikursi, dilantai, berbaring tidak menjadi masalah; yang penting adalah ambil posisi yang paling 'convenience' dan sesuka kita. Yang perlu diketahui, bila kita sudah mengambil posisi yang paling nyaman dan enak, selama meditasi kita tidak boleh mengubah posisi kita dan tetap dalam posisi itu sampai selesai. Karena gerak tubuh selama meditasi akan membuat konsentrasi kita buyar dan mengganggu kemampuan kita untuk bisa mendengarkan suara Tuhan. Dalam hal ini kita memang perlu melatih diri untuk bisa duduk tanpa bergerak.
Kedua, setelah menemukan posisi yang membuat kita bisa tenang, langkah berikut adalah menyadari pernafasan kita. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan 'tarik nafas kedalam dan keluar' secara teratur dan terkendali. Lakukan untuk beberapa menit, sampai anda menyadari irama pernapasan anda. Ketika kita menghirup nafas kedalam, akan terasa dingin dilubang hidung kita. Dan bila kita mengeluarkan nafas akan terasa hangat dilubang hidung. Itulah hidup yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Ketiga adalah mulailah menghayati keheningan yang telah anda ciptakan. Dan dalam keheningan itu, ambillah salah satu 'kata suci'; misalnya kasih, Jesus Kristus, atau kata-kata yang lain yang sesuai dengan kerinduan batin anda dan ucapkan dan ulangi seirama dengan nafas anda.
Keempat; ulangi ucapan kata-kata itu selama anda merasa memerlukan.
Kelima, setelah merasa cukup mengulang-ulang kata suci itu, lalu berdiam diri, hayati keheningan batin. Biarkanlah Tuhan yang berdiam diri dihatimu untuk 'beraksi', berbicara. Dengarkan suaraNya dengan seksama apa yang Dia ingin katakan kepada anda.
Ingin mencoba, silahkan. Tidak perlu lama-lama. Buatlah dan latihlah diri anda secara bertahap. Pertama-tama bila anda bisa duduk tanpa bergerak selama lima menit sudah luar biasa. Kemudian latihlah diri bagaimana bernafas yang benar. Hanyati keheningan.
Selamat mencoba. Dalam tayangan berikutnya saya akan sampaikan tiga sarana atau cara bagaimana melatih diri supaya bisa berkonsentrasi. Berkat Tuhan melimpah untukmu.


Shalom and Love
MoTe van Kerala

Membuat Hari Penuh Makna

Dalam seri ini, saya ingin mencoba mensharingkan kepada teman-teman 'spiritual exercise series' yang diambil dari beberapa refleksi harian. Dengan harapan bahwa series ini akan membantu teman-teman yang sedang 'quest' untuk memperdalam kehidupan rohaninya. Seri pertama dari 'spiritual exercises' adalah 'membuat hari ini penuh makna'.
Mahatma Gandhi pernah berkata; "prayer is the key of the morning and the bolt of evening. If we know how to open our room and bolt our room, our room will be save". Walaupun Gandhi bukan penganut Kristen, tetapi dia mengagumi pribadi Kristus dan mencoba meneladaninya secara konswens. Bahkan dia pernah berkata "It is better to have Jesus Christ, without Christian'. Kekaguman terhadap pribadi Jesus Kristus, dikecewakan oleh banyaknya pengikut Kristus yang penghayatan hidupnya sangat jauh dari teladan Sang Guru. Dari pernyataan diatas, Gandhi mengakui dan menghayati betapa pentingnya doa pagi dan malam. Tidak ada cara lain baginya untuk membuka dan mengakhiri hari ini dengan doa.
Banyak diantara kita, yang karena kesibukannya ditempat kerja atau bisnis 'merasa' tidak mempunyai waktu untuk berdoa. Bahkan untuk 'satu menit' pun banyak orang yang merasa tidak mempunyai waktu. Tetapi kalau sudah menyaksikan acara tv, atau film; satu sampai dua jam tidak terasa lama dan mempunyai waktu. Sementara dari banyak pengalaman mengatakan bahwa , mengawali hari dengan 'doa pagi' merupakan suatu kekuatan sendiri. Simple, hanya doa, tetapi memberi makna lebih dari kesederhanaan bentuknya.
Dari ajaran Jesus kita mengetahui bahwa berdoanya sebenarnya tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Sederhana dan tidak perlu bertele-tele. Sikap yang paling penting dalam doa adalah 'menyadari kehadiranNya dalam diri, hati dan hidup kita'. DenganNya kita bisa berbicara secara pribadi dari hati ke hati. Teresia dari Avila mengajarkan bahwa 'mental prayer is nothing else, but friendly conversation, frequently talking alone with him whom we know love us". Dari arti ini nampak jelas bagi kita, bahwa doa adalah dialog pribadi dengan teman yang sangat mencintai kita. KepadaNya kita bisa mengungkapan segala perasaan kita, pikiran dan hati kita.
Pagi hari adalah hari yang sangat indah untuk 'mengadakan' dialog dengan Allah. Diawal hari inilah kita bisa mengungkapkan 'rasa syukur', pujian, permohonan, tobat dan bahkan segala kekhawatiran dan keluh kesah yang sedang kita hadapi. Dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan adalah 'penuntut hidupku' hari ini maka kita dibantu untuk menghadapi hari ini dengan penuh optimisme dan harapan. Tak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi hari ini. Hanya Tuhan yang tahu segalanya. Yakin dan percaya pada kuasa dan kasihNya membuat kita menatapi hari dengan mantap.
Seandainya hari ini ternyata jauh dari harapan yang kita harapkan dalam doa kita, lalu bagaimana saya menghadapi kesulitan yang terjadi hari ini? Jawaban orang berimana adalah 'doa'. Apakah doa bisa membantu kita mengatasi kesulitan yang saya hadapi hari ini? Banyak pengalaman orang beriman mengatakan demikian. Mereka mengalami bahwa kekuatan doa menyelamatkan mereka. Dibawah ini beberapa kutipan Kitab Suci yang membuktikan 'kekuatan doa yang mengagumkan.
Kisah Para Rasul 7:59-60. Stephanus mengatakan: "Ya Tuhan Jesus, terimalah rohku". Kemudian kepada orang yang menganiayanya dia memohon: "Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka". Dengan doa ini secara singkat mau mengatakan bahwa Stephanus diberi kekuatan untuk mengampuni.
Kisah Para Rasul 16:23-25; Ketika itu Paulus dan Silas dianiaya dan kemudian dimasukkan kedalam penjara. Di dalam penjara, Paulus dan Silas ketika mereka sedang berdoa dan memuji Tuhan, keajaiban terjadi, semua pintu penjara terbuka dan mereka dibebaskan dari kungkungan penjara. Secara singkat dari sini mau mengatakan bahwa doa sungguh mempunyai kekuatan membebaskan kita dari berbagai 'kungkungan penjara' hidup kita setiap hari. Mampu membebaskan kita dari berbagai hal yang membelanggu.
Didalan Injil Lukas 22:41-44, kita membaca bahwa ketika Jesus dalam sakratul maut sebelum disalibkan, Ia berdoa sampai berteteskan keringat darah. Dikala itulah, malaekat Allah datang menguatkan dan menghibur Dia.
Dari contoh kutipan dari Kitab Suci ini, dan tentu masih banyak lagi yang bisa kita ambil, ada tiga effek kekuata doa yang bisa kita lihat. Pertama adalah bila kita berdoa, kita dimampukan untuk 'mengampuni, memeluk dan mengasihi' para orang yang memusuhi kita. Kedua adalah dengan kekuatan doa, kita dimampukan untuk membebaskan diri dari penjara diri dan berbagai belenggu yang mengikat hidup kita. Dan akhirnya lewat doa kita mendapat menghiburan, kelepasan dari Allah sendiri. Dialah yang memberikan segalanya.
Inilah mengapa mengawali dan mengakhi hari dengan doa menjadi penting. Malam hari sebagai orang beriman, merupakan suatu kesempatan untuk menyerahkan segala yang terjadi hari ini kepada Tuhan. Apa yang telah kita buat dan putuskan semata-mata karena kehendakNya. Di akhir hari ini, sebelum kita tidur, adalah kesempatan bagi kita untuk mengungkapkan segala perasaan kita hari ini. Biarlah kesusahan hari ini cukup untuk hari ini, hari esok ada berkahnya sendiri. Tuhan mengetahui segalanya.
Percayalah, bahwa hanya kepadaNya hidup ini menjadi lebih berarti. Yang perlu kita buat hanyalah 'menumbuhkan niat' dan mewujudkan 'cost nothing and loose nothing'. Justru sebaliknya kelimpahan yang kita dapatkan. Berani mencoba, silahkan....tantangan, kemalasan akan menjadi cobaannya. Bila hal itu terjadi berdoalah dengan doa ini: "O God, grant me serenity to accept the things I cannot change, the courage to change the things I can dan the wisdom to know the difference". Amen.

Shalom and Love
MoTe van Kerala